Oleh dr. Aqlima Yanti*
KURANG lebih dua bulan lagi kita akan memasuki tahun 2024, dan Insya Allah kita akan merayakan hari pesta demokrasi Rakyat Indonesia yaitu pemilihan legislatif dan eksekutif, dimana semua Rakyat Indonesia bebas memilih dan menyoblos sesuai dengan pilihan hati nuraninya, tanpa paksaan dari pihak manapun tentunya.
Sudah siapkah kita dengan pilihan masing-masing? Sudah mantapkah pilihan kita? Sudah siapkah kita menyongsong perubahan dengan pemimpin yang baru? Bagaimanakah kriteria dan bekal pemimpin yang harus dimiliki untuk perubahan? Mari kita kenali karakter pemimpin yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Perubahan adalah bagian yang penting dari manajemen, setiap pemimpin diukur keberhasilannya dari kemampuannya memprediksi perubahan dan menjadikan perubahan tersebut sebagai suatu potensi, dan berhubungan dengan gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor individu itu sendiri seperti nilai dan norma yang dianut atau dikenal dengan mental model dari pemimpin tersebut. Mental model adalah asumsi atau pendapat (paradigma) yang terkandung dalam pikiran kita yang mempengaruhi cara kita memahami, berperilaku dan bertindak di sekitar kita. Jadi seorang pemimpin akan bertindak atau mengambil keputusan dalam suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh asumsi yang dimilikinya. Pada umumnya asumsi tersebut berasal dari pengalaman yang mereka alami, pengalaman yang membentuk pengetahuan yang akan menjadi pedoman dalam bertindak.
Mental Model sebagai bagian dari Learning Organization
Mental Model adalah bagian dari lima disiplin dari Learning Organization oleh Peter Senge. Learning Organization adalah usaha yang dilakukan oleh sebuah organisasi yang melakukan proses pembelajaran.
Organisasi yang paling sukses adalah organisasi yang terbentuk learning organization, yaitu organisasi yang anggotanya mampu mengembangkan kapasitasnya secara berkelanjutan dalam mewujudkan hasil yang optimal. Perhatian yang cukup besar diarahkan kepada lima disiplin yang dijelaskan oleh Peter Senge, yaitu :
a. Personal Mastery
b. Mental Models
c. Shared Vision
d. Team Learning
e. Systems Thinking
Dalam lima disiplin ini mental model menjadi salah satu aspek penting yang tidak bisa terpisahkan dalam mencapai tujuan organisasi. Hal ini menjadikan mental model berkaitan erat dengan kepemimpinan (Leadership).
Kepemimpinan (leadership) yang digunakan dalam Learning Organization itu adalah bukanlah orang yang dominan dalam organisasi, tetapi bagaimana dia bisa menganggap orang dalam sebuah organisasi sebagai kolega, tidak ada yang menonjol sendiri-sendiri, tidak unik yang melebihi dari orang lain yang dapat berpikir sistem. Dalam konteks ini, maka pemimpin menurut Senge, adalah sebagai designer, sebagai stewardess (pelayan), teacher, dan kepemimpinan bersama (share leadership) setiap orang bisa dilatih sebagai pemimpin.
Mental Model Untuk Pemimpin
Mental model terkesan lembut, namun sebenarnya sangat kuat dalam mempengaruhi tindakan seseorang. Mental model seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya. Salah satu penyebab kurang suksesnya pemimpin adalah karena mereka tidak sadar akan keberadaan dirinya sebagai orang yang seharusnya berada di garda depan. Ada beberapa hal yang dapat menjadi pedoman bagi seorang pemimpin untuk mengembangkan mental model agar lebih sukses dalam memimpin.
1) Mendahulukan Allah Swt
Hal terpenting yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah mengutamakan Allah Swt. Berfokus pada hal ini akan mempengaruhi para pemimpin ketika mereka mengembangkan mental model mereka.
2)Takut akan Allah Swt
Setelah Allah didahulukan dalam arti yang diharapkan, berikutnya adalah “takut akan Allah.” Jika hanya Allah saja yang diutamakan, namun tidak ada rasa takut akan Allah, maka yang muncul hanya penekanan pada ritual keagamaan saja, sehingga dampak positifnya kecil. Namun, jika seorang pemimpin adalah orang yang bertakwa, maka hal-hal yang dilarang tersebut tidak akan dilakukan meskipun tidak ada yang melihat atau mengendalikannya. Mereka menyadari bahwa meskipun manusia tidak melihatnya, Allah melihatnya.
3)Jadilah pemberi, bukan penerima
Menjadi “pemberi dan bukan penerima” seperti yang diharapkan akan sangat sulit dicapai jika seorang pemimpin tidak memiliki landasan 1 dan 2 di atas. Jika seorang pemimpin selalu berpikir untuk menjadi seorang pemberi, maka model mental yang dihasilkannya juga mengarah ke sana. Mental model yang terkait dengan prinsip memberi sangat perlu dikembangkan lebih lanjut, karena memberi merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar dan melalui memberi orang akan merasa mempunyai makna dalam hidupnya.
4) Menabur “”benih”” baru menuai kesuksesan
Selama pemimpin memikirkan dirinya sendiri, maka yang terbaik dari lembaganya tidak akan pernah tercapai, sekalipun rencana yang disusun sangat baik, bahkan cenderung sempurna. Oleh karena itu, mengacu pada prinsip menjadi pemberi dan bukan penerima, maka seorang pemimpin harus melengkapinya dengan prinsip lain yaitu: “Menabur benih.” Hal ini diibaratkan sebagai petani yang ingin memanen padi: Ia harus menabur benih padi terlebih dahulu. Apa yang diinginkan pemimpin harus disemai terlebih dahulu dalam bentuk benih.Jika seorang pemimpin menginginkan kerja sama yang baik, maka ia harus menaburkan kerja sama yang baik terlebih dahulu kepada bawahannya.
5) Ketidakpercayaan membawa pada ketidaktaatan
Ketidakpercayaan dapat membawa seseorang pada kemaksiatan (unbelief lead to disobedience). Tidak mempercayai seorang pemimpin menyebabkan ketidaktaatan dari bawahan atau orang lain. Penafsiran lain tentang ketidakpatuhan yang mengarah pada kemaksiatan adalah bahwa kepatuhan bertambah ketika seseorang dapat mempercayai pemimpinnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang pemimpin untuk dapat dipercaya. Amanah tentunya tidak hanya berkaitan dengan masalah uang saja, tapi juga banyak hal, misalnya bisa dipercaya karena mempunyai tujuan yang jelas.
Karakter Mental Model Seorang Pemimpin
1) Jujur. Menunjukkan kejujuran dan integritas dalam semua tindakan mereka. Dalam hal ini, perilaku manipulatif tidak akan meningkatkan kepercayaan.
2) Kompeten. Ini adalah tindakan pemimpin berdasarkan akal, sikap dan prinsip moral. Atau jangan mengambil keputusan berdasarkan keinginan, perasaan, atau faktor emosional lainnya yang terlalu subyektif.
3) Berpandangan ke depan . Memiliki tujuan dan visi untuk masa depan. Pemimpin yang efektif memvisualisasikan apa yang mereka inginkan dan bagaimana cara mendapatkannya.
4) Menginspirasi. Mampu menunjukkan kredibilitas dan orisinalitas dalam segala hal yang mereka lakukan. Menunjukkan keteladanan dan ketahanan mental, jasmani, dan rohani; Dengan kredibilitas ini, seorang pemimpin akan dengan mudah menginspirasi orang lain ke tingkat yang lebih tinggi dan mempertaruhkan reputasinya bila diperlukan.
5) Cerdas.
Mereka gemar membaca dan rajin, bersemangat untuk belajar dan selalu mencari tugas-tugas yang menantang.
6) Ekuitas. Dapat menunjukkan perlakuan yang adil kepada semua orang. Sadarilah bahwa prasangka adalah musuh keadilan. Berempati dan peka terhadap perasaan, nilai, minat, dan kesejahteraan orang lain.
7) Memiliki visi yang komprehensif. Mereka menyukai keberagaman, perspektif yang beragam, dan berorientasi pada masa depan.
8) Berani. Memiliki ketekunan untuk mencapai tujuan, meskipun menghadapi risiko atau hambatan yang sulit. Selalu tunjukkan ketenangan dan rasa percaya diri, meski dalam kondisi stres.
9) Mudah. Memiliki penilaian yang baik dan menggunakannya untuk mengambil keputusan terbaik pada waktu yang tepat; dan
10) Imajinatif. Dapat melakukan perubahan pada waktu yang tepat dengan pemikiran, rencana dan metode yang tepat. Mereka juga mampu menunjukkan kreativitas dengan menciptakan tujuan-tujuan baru dan lebih baik, serta menemukan ide-ide inovatif dan solusi atau resolusi baru untuk memecahkan masalah.
*Penulis Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat USK Banda Aceh dan Dokter Umum di Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh