class="post-template-default single single-post postid-111995 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
BKN Pangkas Anggaran BBM Hingga Daya Listrik Penembakan Massal di Sekolah Orebro Swedia Tewaskan 10 Orang 13 Toko dan 11 Unit Rumah di Bandar Baru Terbakar ISBI Aceh dan Pemkab Aceh Timur Sepakat Kolaborasi Pendidikan Seni Budaya Bersama MK Tolak Gugatan Pilkada Lhokseumawe, Saatnya Bersatu Untuk Kota Lhokseumawe

METROPOLIS · 30 Mar 2024 15:30 WIB ·

Diskusi di KWPSI, Tu Sop Jeunieb Bicara Pentingnya Jadikan Aceh sebagai Mercusuar Islam di Nusantara


 Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb saat menjadi salah satu pembicara pada diskusi yang dilaksanakan KWPSI di Asrama Haji, Banda Aceh. FOTO IST Perbesar

Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb saat menjadi salah satu pembicara pada diskusi yang dilaksanakan KWPSI di Asrama Haji, Banda Aceh. FOTO IST

RAKYAT ACEH | BANDA ACEH – Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb mengatakan bahwa kita yang hidup di era demokrasi saat ini sesungguhnya ditantang untuk mewujudkan Aceh sebagai mercusuar Islam untuk nusantara. Artinya, bahwa kita harus mampu menjadikan Islam sebagai sebagai jalan keluar dan solusi atas semua persoalan dalam kehidupan kita.

“Kalau boleh saya ingin katakan, kita sedikit kecewa dengan keadaan ini. Sebab, Generasi-generasi terbaik Aceh kita masa lalu masa Kesultanan mereka mampu menjadikan Aceh sebagai mercusuar Islam untuk Nusantara. Maka sesungguhnya kita hari ini, generasi yang hidup di era demokrasi ditantang juga untuk mampu mewujudkan Aceh menjadi mercusuar Islam untuk Nusantara seperti yang dilakukan generasi terdahulu, “ ujar Tu Sop Jeunieb.

Pernyataan itu disampaikan Tu Sop saat menjadi salah satu narasumber diksusi yang diselenggarakan oleh Kaukus Wartawan Peduli Syari’at Islam (KWPSI) di asrama Haji Banda Aceh beberapa waktu lalu. Diskusi dengan tema “Aceh Laboratorium Keuangan Syariah Dunia” diselenggarakan dalam rangka pelantikan pengurus baru KWPSI dan ikut menghadirkan narasumber dari Bank Aceh Syari’ah dan Bank Syari’ah Indonesia. Selain itu juga menghadirkan Prof. Dr. Muhammad Yasir Yusuf, MA, pakar ekonomi Syari’ah dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

“Saya melihat tema diskusi kita hari ini adalah “Aceh laboratorium keuangan syari’ah”. Tetapi di atas itu, harus kita pahami bahwa sebenarnya Aceh ini adalah laboratorium Syari’at Islam untuk Nusantara. Syari’ah dalam semua aspek kehidupan, termasuk aspek keuangan Syari’ah, “ujar Tu Sop.

Selanjutnya, kata Tu Sop, terserah kita mengambil keputusan atau kesimpulan masing-masing. Coba renungkan apakah hampir 25 tahun pelaksnaaan Syaria’at Islam di Aceh, apa kita berhasil menjadikan Aceh sebagai sebagai solusi dalam semua aspek kehidupan? Kata Tu Sop mempertanyakan.

Jawaban dari pertanyaan ini menurut Tu Sop sangatlah tergantung sampai dimana kita mampu memfungsikan Syari’at Islam atau menjadkan konsep syari’at sebagai solusi di semua aspek kehidupan umat dan masyarakat kita.

“Ini yang menjadi masalah yang penting kita pikirkan saat ini. Oleh karena itu, Saya hanya berbicara rumusan yang paling umum saja, bahwa berbicara Syari’at Islam itu berkorelasi dengan risalah Islam, bahwa berbicara syari’at itu berkorelasi dengan Sang Pencipta Alam Semesta. Bahwa berbicara syariat itu berkorelasi antara dunia dan masa depan akhirat kita. Jadi Syari’at sangat komprehensif, “terang Tu Sop.

Maka oleh karena itu, tambah Tu Sop, hal yang sangat salah disaat kita berbicara Syari’ah itu berbicara hanya satu sektoral. Sebab, syari’ah itu lintas sektoral, termasuk ekonomi dan semua aspek kehidupan kita ini tidak akan pernah bisa keluar dari rumusan Syariah. Maka, kata Tu Sop lagi, ini adalah tantangan bagi kita.

Tu Sop mengatakan, kalau di dalam semua aspek kehidupan, rumusan syariahnya itu secara umum ada tiga hal yang paling penting yang perlu didetailkan masing-masing aspek. Aspek pertama rumusan Syari’ah itu adalah, pastikan keadilan. Dalam istilah agama yaitu “adil”, yaitu pastikan halalnya dan hindari haramnya dan itulah adil. Itulah nilai utama dalam rumusan bersyari’ah yang paling penting.

Jadi, sambung Tu Sop. pelanggaran atau melangkahi rumusan tersebut (memastikan yang halal dan menghindari yang haram), maka itulah namanya kezaliman. Tu Sop mengatakan, pada aspek kedua, rumusan Syari’ah itu adalah pastikan dalam semua aspek kehidupan itu terintegrasi terjadi nilai-nilai kebaikan. Pastikan ada kebaikan disana, baik kebaikan untuk dunia maupun akhirat. Dalam bidang ekonomi Syari’ah atau perbankan Syari’ah, maka disana kata Tu Sop haruslah banyak kemudahan-kemudahan dan kebaikan-kebaikan dalam konteks layanan kepada publik atau masyarakat.

Sementara aspek yang ketiga, kata Tu Sop, rumusan Syari’ahnya yaitu selalu memiliki orientasi dan visi untuk penyelamatan agama di semua aspek. Jadi, agama Islam itu harus diselamatkan nilai-nilai dalam semua aspek kehidupan.

“Kalau dalam bidang ekonomi, ya selamatkan agama Islam di dalam aspek ekonomi. Jangan menginjak-nginjak agama Islam saat kita menghadapi persoalan-persoalan ekonomi. Artinya, dalam menyelesaikan persoalan ekonomi maka agama harus diselamatkan, “ ujar Tu Sop menekankan.

Lalu, yang kedua, sambung Tu Sop lagi, hasil dari kekuatan itu juga harus dipakai untuk keselamatan agama Islam. Itulah hal yang perlu dilakukan dalam menjaga nilai-nilai syari’at Islam, karena syari’at Islam pertama dia dalam sektor ibadah dia punya aturannya. Tapi dalam semua aspek kehidupan itu harus bersyari’at.

Maka sekarang, hal yang paling penting menurut Tu Sop adalah bagaimana kita membangun sebuah pemahaman dan kesepahaman tentang bagaimana beragama dalam kehidupan itu hal yang paling penting.

Indonesia ini menurut Tu Sop adalah negara beragama, tetapi masalahnya adalah belum tentu semua orang beragama di Indonesia itu tahu cara beragama di dalam kehidupan. Jadi menurut Tu Sop, inilah yang perlu terus kita sosialisasikan secara praktis, yaitu bagaimana rumusan-rumusan hidup yang sejalan dengan nilai-nilai Islam dalam semua aspeknya. Apalagi, kata Tu Sop, untuk Aceh ini kita komit dengan syari’at Islam. Jadi, bagaimana caranya sekarang agar semua aspek kehidupan itu kita integrasikan dengan nilai-nilai Islam.

“Maka fungsikan dunia pendidikan untuk membangun pemahaman itu. Fungsikan dunia dakwah untuk membangun pemahaman seperti itu. Paling penting dalam konteks hari ini adalah, fungsikan Kaukus Wartawan Peduli Syari’at Islam (KWPSI) sebagai corong sosialisasi untuk membangun pemikiran dan rumusan bagaimana hidup berdasarkan nilai-nilai Islam dalam semua aspek kehidupan,” ajak Tu Sop.

Kemudian juga, kata Tu Sop, berikutnya bagaimana strategi-strategi untuk melakukan itu juga penting dikaji. Tidak cuma hanya terpendam dalam sebuah kecerdasan pemikiran. Tetapi dia harus terwujud dalam sebuah bentuk pergerakan. Seusai diskusi secara formal dalam forum yang diselenggarakan KWPSI ini, Tu Sop juga berdiskusi secara informal dengan Kordinator KWPSI Dosi Elfian dan sejumlah lainnya. Tu Sop mendukung sepenuhnya eksistensi KWPSI dan berharap agar KWPSI senantiasa bergerak untuk memberikan pencerahan kepada ummat.

Sebagai informasi, KWPSI sebagai komunitas wartawan dari berbagai media dan organisasi pers di Banda Aceh pertama sekali didirikan pada hari Kamis 13 Desember 2012, di. Rumoh Aceh, Lingke, Banda Aceh.

Deklarasi KWPSI pada saat itu dihadiri oleh puluhan wartawan dari berbagai media cetak dan online, para aktivis, ormas Islam, kalangan santri, ulama dan tokoh Aceh. Dari tokoh pers Aceh saat itu dihadiri oleh H Harun Keuchik Leumik. Sementara dari tokoh ulama saat itu dihadiri oleh Tgk. H. Faisal Ali yang saat ini menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh.

Pada pelantikan pengurus KWPSI di Asrama Haji beberapa waktu lalu, bertindak sebagai yang mengukuhkan kepengurusan KWPSI adalah Ketua Dewan Pembina yaitu H. Sjamsul Qahar yang merupakan wartawan paling senior di Aceh sekaligus pendiri Harian Serambi Indonesia. Sementara itu, dilantik sebagai Ketua KWPSI yaitu Dosi Elfian yang merupakan Jurnalis Kompas TV, Subur Dani sebagai Sekretaris dan puluhan pengurus lainnya.

Sebelum dijabat oleh Dosi Elfian, Koordinator KWPSI pertama sekali dijabat oleh Azhari, S.Sos dari LKBN Antara, selanjutnya dijabat oleh Arif Ramdan dari Harian Serambi Indonesia dan kemudian kembali dijabat Azhari S.Sos melalui mekanisme pemilihan oleh anggota.(ra)

Artikel ini telah dibaca 133 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

ISBI Aceh dan Pemkab Aceh Timur Sepakat Kolaborasi Pendidikan Seni Budaya Bersama

5 February 2025 - 09:40 WIB

Fakhruddin Terpilih sebagai Ketua MKKS SMP Aceh Besar periode 2025-2028

4 February 2025 - 16:48 WIB

Sidang Mesum Sesama Jenis Pasangan Gay Terancam 100 Kali Cambuk

4 February 2025 - 14:22 WIB

Keuchik Aceh Tuntut Masa Jabatan 8 Tahun

4 February 2025 - 14:17 WIB

Ketua DPRK Aceh Besar Abdul Muchti: Jaga Kondusivitas Untuk Aceh Besar yang Lebih Baik Apresiasi Langkah Taktis Eksekutif Membuat APBK On The Track Kembali

4 February 2025 - 12:13 WIB

Maksimalkan Sertifikasi Halal Produk, LP3H-MA Provinsi Aceh Audiensi dengan Disdikbud Kota Banda Aceh

4 February 2025 - 09:49 WIB

Trending di METROPOLIS