class="post-template-default single single-post postid-131506 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
Hamas Bahas Pembentukan Pemerintahan Persatuan Nasional Gaza Lahan Bekas Tsunami Dioptimalkan untuk Persawahan Pj Gubernur Aceh Safrizal ZA Minta Kasus Penembakan WNI di Malaysia Diusut Tuntas Atraksi Barongsai Warnai Toleransi di Banda Aceh Ceulangiek Minta Pemerintah Angkat Tenaga R2 dan R3 Jadi PPPK Penuh Waktu 

METROPOLIS · 30 Jan 2025 15:09 WIB ·

Lahan Bekas Tsunami Dioptimalkan untuk Persawahan


 Musim panen padi di persawahan Gampong Lamlhom Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar kemarin (23/1). Lahan bekas tsunami di Kabupaten Aceh Besar bakal dioptimalkan menjadi lahan pertanian. (al amin/rakyat aceh) Perbesar

Musim panen padi di persawahan Gampong Lamlhom Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar kemarin (23/1). Lahan bekas tsunami di Kabupaten Aceh Besar bakal dioptimalkan menjadi lahan pertanian. (al amin/rakyat aceh)

RAKYATACEH | BANDA ACEH – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian berencana mengoptimalkan lahan bekas tsunami di Kabupaten Aceh Besar menjadi lahan pertanian guna ditanami padi.

“Lahan bekas tsunami di Lhoknga dan Leupung Aceh Besar. Lahannya akan direhab untuk bisa ditanam padi lagi,” kata Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Aceh Firdaus di Banda Aceh, Rabu.

Rencana tersebut mencuat setelah adanya permintaan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh Cut Huzaimah dalam rakor percepatan LTT, oplah via zoom. Cut Huzaimah meminta Menteri Pertanian dapat merehabilitasi lahan bekas tsunami di Aceh.

Menindaklanjuti permohonan tersebut, tim Direktur Pembiayaan bersama BPSIP Aceh, Distanbun Aceh dan Dinas Pertanian Aceh Besar selanjutnya melakukan survei awal terhadap lahan yang bakal direhabilitasi itu.
Firdaus menjelaskan berdasarkan hasil survei pendahuluan terhadap lokasi sawah terdampak tsunami di Lhoknga yang hendak dijadikan lahan pertanian kembali tersebut yakni terbagi pada tiga jenis lahan dengan luas yang berbeda-beda.

Pertama, di Kecamatan Lhoknga terdapat lahan baku sawah (LBS) seluas 422,1 hektare, LBS menyemak 143,4 hektare, dan non LBS seluas 34,3 hektare. Sedangkan di Kecamatan Leupung hanya ada non LBS seluas 77,4 hektare.

Firdaus menegaskan lokasi yang telah disurvei tersebut tidak berada dalam kawasan hutan, meski demikian masih perlu dilakukan pemetaan detail batas pengajuan calon lokasi kegiatan.

Ke depan, tim harus melakukan pemetaan identifikasi tipologi lahan, sehingga dapat ditentukan apakah lokasi calon kegiatan masuk dalam tipologi lahan rawa atau non rawa.

“Lalu, untuk lahan yang masuk dalam LBS dapat diusulkan kegiatan optimasi lahan dan pada lahan yang berada di luar LBS dapat diusulkan kegiatan cetak sawah,” ujarnya.

Firdaus menambahkan, lahan bekas tsunami tersebut merupakan milik petani, dan nantinya setelah pemerintah mengoptimalkan lahannya, maka petani sendiri yang menanam padi nya.

“Lahan itu sendiri milik petani, pemerintah yang optimalkan rawa bekas tsunami tersebut dan petani yang menanam. Tetapi, untuk prosesnya, ini tergantung anggaran yang tersedia tahun ini,” katanya.
Dalam kesempatan ini, dirinya juga menegaskan bahwa rencana optimalisasi lahan bekas tsunami tersebut juga dalam rangka mendukung program Asta Cita yakni ketahanan pangan.

“Ini untuk mendukung dan meningkatkan program Asta Cita Presiden Prabowo-Gibran. Pemanfaatan lahan bekas tsunami ini agar produksi pangan di Aceh Besar terus meningkat,” demikian Firdaus.

Pada kesempatan itu BPSIP Aceh juga mengungkapkan pihaknya telah mencapai target produksi benih sumber kelas benih pokok (BP/SS) sebesar 31 ton untuk padi dan jagung pada 2024.

“Alhamdulillah target produksi yang kita usahakan tercapai yakni sebesar 31 ton,” kata Penanggung Jawab UPBS BPSIP Aceh, Asis MP, di Banda Aceh, Selasa.

Dirinya merincikan, adapun produksi benih tersebut terdiri dari padi varietas inpari 32 sebesar 12 ton, mekongga 13,1 ton. Sedangkan untuk jagung komposit jenis sukmaraga empat ton dan bisma dua ton.

“Artinya, produksi untuk benih padi sebesar 25,1 ton, dan jagung mencapai enam ton. Alhamdulillah tidak ada yang gagal jadi benih,” ujarnya.

Asis menyampaikan, untuk distribusi benih tersebut akan segera dilakukan sesuai dengan permintaan dari kelompok petani sesuai biaya penjualan benih yaitu untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
“Biaya penjualan benih atau biaya PNBP padi 8.500 per kilogram dan jagung sebesar 5.500 per kilogram nya,” katanya.

Dirinya menambahkan, sejauh ini baru ada permintaan untuk benih padi inpari 32 dan mekongga dari para kelompok petani di Aceh. Sedangkan untuk benih jagung belum diminta.

“Benih sendiri sudah tersedia sejak awal Januari setelah melalui proses sertifikasi benih oleh UPTD BPSBTPH Aceh untuk mendapatkan sertifikat benih unggul,” demikian Asis MP.

Sebagai informasi, BSIP Aceh sebelumnya menargetkan produksi benih sumber (kelas SS) sebesar 31 ton terdiri dari padi 25 ton dan jagung enam ton, dan telah dipenuhi.

Adapun benih yang diproduksi tersebut ditanam pada lahan seluas delapan hektare, tersebar di Desa Aneuk Glee, Indrapuri, Aceh Besar seluas lima hektare, dan tiga hektare di Desa Pasie Geulima, Teunom, Aceh Jaya.

Sementara itu, untuk produksi benih jagung komposit nya dilaksanakan di Desa Saree Aceh, Lembah Seulawah, Aceh besar seluas empat hektare. (ant/hra)

 

Artikel ini telah dibaca 16 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

19 Warga Keracunan Makanan Kenduri di Aceh Utara

30 January 2025 - 19:52 WIB

Pj Gubernur Aceh Safrizal ZA Minta Kasus Penembakan WNI di Malaysia Diusut Tuntas

30 January 2025 - 13:35 WIB

Atraksi Barongsai Warnai Toleransi di Banda Aceh

29 January 2025 - 20:22 WIB

Ini Hukum Mengucapkan Selamat Tahun Baru Cina Menurut Buya Yahya

29 January 2025 - 15:48 WIB

Qatar: Solusi dua negara satu-satunya jalan menjamin hak Palestina

29 January 2025 - 06:48 WIB

MUKERWIL VIII Wahdah Islamiyah Aceh “Mengokohkan Soliditas dan Kolaborasi Untuk Aceh Maju dan Berkah”

28 January 2025 - 10:24 WIB

Trending di METROPOLIS