class="post-template-default single single-post postid-101506 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
BKN Pangkas Anggaran BBM Hingga Daya Listrik Penembakan Massal di Sekolah Orebro Swedia Tewaskan 10 Orang 13 Toko dan 11 Unit Rumah di Bandar Baru Terbakar ISBI Aceh dan Pemkab Aceh Timur Sepakat Kolaborasi Pendidikan Seni Budaya Bersama MK Tolak Gugatan Pilkada Lhokseumawe, Saatnya Bersatu Untuk Kota Lhokseumawe

OPINI · 15 Oct 2023 17:23 WIB ·

Cegah Prediabetes dengan Cerdik


 Linda Armiana Perbesar

Linda Armiana

Oleh Linda Armiana

MEMPUNYAI tubuh sehat dan bugar adalah impian setiap orang. Banyaknya fasilitas dan sarana kesehatan yang tersedia pada saat ini memungkinkan masyarakat dapat memilih cara terbaik yang diinginkan untuk tetap menjaga kesehatannya secara mandiri.

Salah satunya adalah memeriksa kadar gula darah secara berkala untuk antisipasi terhadap penyakit diabetes melitus atau kencing manis. Layanan skrining kadar gula darah dalam bentuk pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) saat ini tersedia di banyak tempat, seperti Posbindu di desa-desa, Puskesmas, Rumah Sakit, Apotek bahkan dalam penyelanggaraan event-event yang melibatkan banyak orang berkumpul seperti pameran serta event kesehatan dan olahraga.

Kesadaran masyarakat untuk menjaga kadar gula darah dalam tubuh menjadi sangat penting mengingat beberapa tubuh manusia tidak dapat mengontrol kadar glukosa darah dengan benar karena kerusakan dalam memproduksi atau merespons insulin, yaitu hormon yang dihasilkan oleh pankreas yang berfungsi untuk mengatur kadar gula darah didalam tubuh. Jika kadar gula darah seseorang cukup tinggi secara konsisten, dokter akan mendiagnosis sebagai penderita diabetes.

Kadar gula darah yang meningkat dalam kurun waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada banyak organ tubuh karena itu penting untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap normal sehingga menghindari timbulnya prediabetes.

Mungkin anda sudah sering mendengar tentang diabetes tetapi tahukah anda tentang prediabetes? Prediabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah didalam tubuh seseorang lebih dari normal tetapi belum dikatakan menderita kencing manis/diabetes melitus. Prediabetes bisa berupa gangguan pada kadar gula darah puasa yang dinamakan gula darah puasa terganggu (GDPT), gangguan pada kadar gula darah 2 jam setelah makan yang dinamakan toleransi glukosa terganggu (TGT) ataupun gabungan dari keduanya.

Prediabetes umumnya tidak memiliki gejala yang jelas, sehingga sulit teridentifikasi. Pada prediabetes sering ditemukan adanya kegemukan, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan gangguan kadar lemak yang merupakan faktor resiko penyakit jantug dan pembuluh darah. Kondisi prediabetes jika tidak ditangani dengan benar dan baik akan berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2, selain itu juga berpotensi mengakibatkan penyakit tidak menular lainnya seperti seperti stroke serta mudah terkena infeksi seperti Tuberkulosis (TBC).

Faktor resiko prediabetes
Seseorang dengan prediabetes memiliki risiko lebih besar menjadi diabetes dibandingkan dengan orang tanpa prediabetes. Tanpa upaya pencegahan yang tepat, perkembangan prediabetes menjadi diabetes tipe 2 bisa terjadi lebih cepat. Perkembangan prediabetes menjadi diabetes dapat dicegah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Seseorang bisa terkena prediabetes jika mempunyai faktor-faktor resiko kurang aktivitas fisik, konsumsi makanan tidak sehat/seimbang, riwayat keluarga dengan diabetes melitus, usia diatas 40 tahun, ibu hamil dengan riwayat diabetes, mempunyai riwayat kista indung telur disertai infertilitas, memiliki riwayat hipertensi, gangguan lemak darah dan kegemukan (obesitas), merokok atau terpapar asap rokok serta bayi dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 Kg).

Skrining awal prediabetes dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu. Apabila kadar gula darah sewaktu melebihi batas normal maka dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar gula darah puasa.

Kadar gula darah dikatakan normal bila berdasarkan hasil pemeriksaan, kadar gula darah sewaktu <140 mg/dl atau kadar gula darah puasa <100 mg/dl atau kadar gula darah 2 jam setelah test toleransi gukosa oral (TTGO) <140 mm/dL atau hasil pemeriksaan HbA1c <5,7%. Seseorang dikatakan prediabetes bila berdasarkan hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu 140-199 mg/dl dan kadar gula darah puasa 100-125 mg/dl atau Gula darah 2 jam setelah test toleransi gukosa oral (TTGO) 140-199 mm/dL atau HbA1c 5,7-6,4%.

Mencegah prediabetes dengan CERDIK
Resiko prediabetes dapat dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup menjadi perilaku hidup sehat menggunakan langkah CERDIK yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat yang cukup dan Kelola Stress dengan baik.

Cek kesehatan secara berkala dapat dilakukan secara mandiri, di Posbindu atau pada fasilitas layanan kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit.

Cek kesehatan ini dilakukan sebagai upaya deteksi dini untuk mengetahui ada tidaknya faktor resiko atau gangguan kesehatan sejak dini termasuk diantaranya prediabetes. Deteksi dini dilakukan dimulai pada usia 15 tahun keatas atau telah memiliki faktor resiko. Apabila hasil pemeriksaan masih dalam batas normal maka tetap terapkan perilaku hidup sehat dan pemeriksaan ulang 6 bulan sampai 1 tahun sekali, sedangkan bagi yang memiliki faktor resiko disarankan pemeriksaan 1 sampai 3 bulan sekali.

Enyahkan asap rokok adalah langkah kedua CERDIK. Merokok dan paparan asap rokok dapat menyebabkan resistensi insulin dan mengakibatkan gangguan metabolisme gula darah. Berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam perubahan gaya hidup untuk mencegah dan mengendalikan prediabetes.

Rajin aktifitas fisik setiap hari dan mengurangi perilaku malas bergerak (mager) dapat mencegah resiko prediabetes.Fisik yang sehat dan bugar dapat diperoleh dengan meningkatkan aktifitas harian dengan kebiasaan bergaya hidup sehat seperti bersepeda, berjalan kaki ke pasar, atau bahkan memilih menggunakan tangga daripada menggunakan lift. Selain itu perbanyak latihan fisik dan olahraga yang disukai namun aman. Latihan fisik untuk mengendalikan gula darah sekaligus berat badan akan berhasil bila dilakukan secara rutin.

Diet makan seimbang dilakukan dengan menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang model Isi Piringku. Pola makan orang dewasa sehat Isi Piringku menggambarkan anjuran makan yang terdiri dari setengah bagian piring berisi sepertiga porsi lauk pauk dan dua pertiga porsi makanan pokok dan setengah bagian piring lagi berisi sepertiga porsi buah dan dua pertiga porsi sayur. Untuk orang dengan berat badan berlebih (kegemukan/obesitas), dapat menggunakan pola makan model piring T yang berisi setengah piring dengan sayur dan buah, seperempat piring dengan makan pokok dan seperempat piring dengan lauk pauk.

Penerapkan pola makan yang baik, perlu juga didampingi dengan pembatasan konsumsi gula, garam dan lemak. Konsumsi gula maksimal 4 sendok makan, garam maksimal 1 sendok dan lemak maksimal 5 sendok makan. Konsumsi yang dimaksud adalah jumlah yang terkandung dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam sehari.

Istirahat yang cukup merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk mengendalikan prediabetes. Waktu tidur dan kualitas tidur yang kurang akan memicu metabolism didalam tubuh dan dapat mempengaruhi produksi hormon.

Menurut National sleep Foundation, durasi tidur ideal orang dewasa adalah 18-64 tahun 7-9 jam per hari dan 65 tahun keatas 7-8 jam per hari.
Kelola stress penting untuk dilakukan bagi seseorang dengan prediabetes mengingat stress dapat memicu terjadinya peningkatan kadar gula didalam darah. Saat stress terjadi tubuh akan berusaha melepas hormon kortisol. Hal tersebut dapat meningkatkan detak jantung dan pernafasan. Secara bersamaan, simpanan gula dan protein dari hati akan menuju aliran darah agar diolah menjadi energi yang mengakibatkan gula di dalam darah akan meningkat.

Penerapan perilaku CERDIK diharapkan dapat dilakukan untuk kewaspadaan terhadap resiko prediabetes. Partisipasi aktif dari masyarakat diharapkan akan memberi dampak yang baik serta bisa mengurangi jumlah penyandang diabetes di Indonesia. Salam sehat Indonesia.

*Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

Artikel ini telah dibaca 20 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Masihkah Seni Dibutuhkan di Aceh?

2 February 2025 - 10:35 WIB

Seni Rupa Aceh dalam Hadih Maja: Menggali Relasi Seni Rupa dan Sastra Tradisional

27 January 2025 - 21:51 WIB

Menanti Kedatangan Simbol Kebudayaan RI; Fadli Zon, di ISBI Aceh

8 January 2025 - 07:55 WIB

Refleksi 20 Tahun Pasca Tsunami: Menata Kembali Seni dan Budaya yang Hilang

5 January 2025 - 06:26 WIB

Revisi Konsep Kemiskinan dalam Ekonomi Islam

27 December 2024 - 14:57 WIB

Menata ISBI Aceh 2025 Menuju Institusi Pendidikan Seni Berstandar Internasional

27 December 2024 - 06:30 WIB

Trending di OPINI