RAKYAT ACEH | BANDA ACEH – Membaca tren, memanfaatkan teknologi, serta mengadakan kegiatan yang menyenangkan, itulah yang terus dilakukan oleh Pengelola Museum Tsunami Aceh.
Mereka terus berinovasi demi melayani pengunjung dan sekaligus bertujuan menjadi salah satu pilihan ruang publik yang edukatif dan inspiratif.
Oleh sebab itu, saat ini bangunan yang didirikan untuk memperingati bencana tsunami tersebut, sudah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Disbudpar Aceh, Almuniza Kamal, saat ditemui di ruang kerjanya di Banda Aceh.
Almuniza menjelaskan Museum Tsunami saat ini sudah menjadi salah satu UPTD berbasis BLUD, dimana BLUD itu adalah untuk meningkatkan pelayanan.
“Kami disini berkomitmen untuk tingkatkan pelayanan agar pengunjung dapat lebih nyaman saat berkunjung, juga mendapatkan edukasi saat berkunjung, sehingga apa yang ingin disampaikan oleh museum tsunami ini mendapatkan edukasi,” katanya.
Dengan dijadikan BLUD ini, kedepan pihaknya akan tingkatkan target kunjungan, agar pendapatan di situs wisata tersebut meningkat, sehingga di Museum Tsunami dapat meningkatkan lagi pelayanan dan tampilannya.
“Sehingga BLUD Museum Tsunami ini dapat berdiri sendiri. Dapat melayani secara konsisten kepada seluruh pengunjung yang datang kesini,”ujarnya.
Sejak Museum Tsunami dibuka pada tahun 2011, telah dijadikan salah satu destinasi wisata sejarah dan hingga kini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Pascapandemi Museum diresmikan oleh Mantan Presiden RI ke 6, Susilo Bambang Yudhoyono meningkat dratis.
Hal tersebut juga disampaikan oleh Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh, M. Syahputra Azwar, yaitu rata-rata perbulan yang berkunjung ke situs wisata yang dirancang oleh mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mampu menyedot sekitar 22 ribu wisatawan baik itu local, nasional maupun mancanegara.
“Setelah Pandemi kini rata-rata pengunjung yang mencapai 22 ribu orang, baik itu lokal, nasional maupun mancanegara,” sebutnya.
Pengunjung yang datang ke Museum Tsunami, sebutnya terus meningkat dari tahun ke tahunnya, kecuali saat Pandemi karena Museum Tsunami ditutup sementara.
“Tingkat kunjungan ke sini pada saat kali dibuka, mengalami peningkatan setiap tahunnya, tapi pada saat pandemi kita tutup sementara. Namun setelah pandemi kita buka kembali, Alhamdulillah banyak sekali pengunjung yang antusias mengunjungi museum tsunami,” pungkasnya. (ra)