RAKYATACEH | BIREUEN – Komite Peralihan Aceh (KPA) dan pengurus beserta anggota Partai Aceh (PA) Wilayah Batee Iliek Bireuen, menggelar zikir dan doa bersama memperingati Milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ke-48 di kantor PA setempat, yang berlokasi di Gampong Bireuen Meunasah Blang, Kecamatan Kota Juang, Rabu (4/12).
Kegiatan Milad tersebut dihadiri Ketua KPA/PA Wilayah Batee Iliek, Darwis Jeunieb beserta pengurusnya, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Rusyidi Mukhtar alias Ceulangik, para anggota DPRK Bireuen dari PA, para kader partai, serta simpatisan.
Amatan Rakyat Aceh, serangkaian kegiatan dilaksanakan di kantor PA, mulai dari gelaran doa dan zikir bersama, santunan anak yatim piatu, silaturahmi dengan berbagai pihak, dan juga kenduri syukuran.
Menariknya, di momentum Milad GAM kali ini, selain Tgk Darwis Jeunieb yang menggebu-gebu memberikan semangat dan motivasi kepada hadirin, Anggota DPRA dari Partai Aceh, Rusyidi Mukhtar SSos Ceulangiek, juga turut mengingatkan masyarakat tentang perjuangn GAM di masa lalu.
Sapaan Ceulangiek tersebut, secara tegas membacakan amanat Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia (PYM) Malik Mahmud Alhaytar.
Dalam pidatonya itu, Rusyidi mengatakan bahwa setiap 4 Desember merupakan momentum peringatan para pejuang Aceh terdahulu, atau yang kerap kita sebut Gerakan Aceh Merdeka.
“4 Desember adalah hari bersejarah dan sangat penting dalam kalender, karena di tanggal itu tepatnya 4 Desember 1976, almarhum Paduka Yang Mulia (PYM) Tengku Tjhik Di Tiro Hasan bin Muhammad, mendeklarasikan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) secara resmi, yang merupakan gerakan pejuang untuk kemerdekaan dan kedaulatan Aceh dari Indonesia,” ujar Ceulangiek.
Disebutkan, GAM telah mampu mempersatukan bangsa Aceh dan bangsa-bangsa dunia yang memiliki nasib dan pandangan yang sama terhadap tanah airnya masing-masing, sehingga GAM membentuk diri sebagagai Acheh Sumatera National Liberation Front atau ASNLF.
Selain itu, tak penting kalahnya adalah GAM ikut memperjuangkan hak asasi manusia (HAM), namun perjuangan ini harus dilakukan dengan cara sebuah proses perdamaian yang tidak merugikan kepentingan bangsa dan negara.
“Momentum milad ini menjadi ajang untuk mengingatkan kita semua akan masalah-masalah yang masih kita hadapi, seperti belum optimalnya realisasi berbagai isi perjanjian damai antara GAM dengan Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana amanat Perjanjian MoU Helsinki, 15 Agustus 2005, yang hari ini sebagian telah dimaktubkan dalam Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh,” tegas Ceulangiek membacakan amanat Wali Nanggroe.
Ia juga menyebutkan, peringatan milad GAM setiap tahunnya selalu diisi dengan kegiatan zikir, doa dan tahlil bersama, sebagai rasa hormat kepada para syuhada Aceh, juga menyantuni anak-anak yatim sebagai rasa syukur kepada Allah SWT terhadap apa saja yang telah diperoleh dari sebuah perjuangan.
Ia juga menegaskan kepada anggota KPA seluruh Aceh, kepengurusan Partai Aceh serta seluruh underbow, antara lain MUNA, Putroe Aceh, Inong Balee, Muda Seudang Aceh dan JASA, agar tetap menjadi bangsa besar yang dapat berdiri sendiri atas dasar tujuan dan cita-cita dari leluhur.
“Kita tidak boleh menjadi bangsa miskin dan bodoh, yang hanya bisa menghabiskan hasil dan kandungan alam secara menyeluruh, harus terus belajar dan berjuang,” sebut Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Alhaytar dalam amanatnya.
Diakhir sambutan, Rusydi Mukhtar juga berharap kepada aparat keamanan yang hadir untuk dapat menyampaikan kepada Pemerintah RI bahwa pihaknya sekarang tidak menuntut lagi kemerdekaan.
“Kami sekarang ini tidak menuntut lagi kemerdekaan, tetapi yang kami tuntut sekarang adalah perjanjian yang sudah dituangkan dalam MoU Helsinki yang belum optimal direalisasi, sehimgga kami mendesak supaya diselesaikan secara bertahap, dalam jangka waktu 5 tahun ini dapat diselesaikan,” ungkap Ceulangik. (akh)