LHOKNGA (RA) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus meningkatkan sinergi dan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan termasuk dengan media massa untuk mendukung pelaksanaan tugas dan peran OJK dalam mengawasi industri jasa keuangan dan melindungi konsumen serta mendukung pertumbuhan ekonomi Aceh.
Demikian disampaikan Kepala OJK Provinsi Aceh Daddi Peryoga dalam sambutannya pada kegiatan buka puasa bersama awak media di Aceh Besar, Jumat (14/3/2025).
Daddi menyampaikan pentingnya peran dan kolaborasi dengan media massa dalam menjaga kredibilitas informasi sektor jasa keuangan.
“Hal tersebut menjadi penting, untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri keuangan dan stabilitas ekonomi dan usaha di Aceh terutama bagi investor, sehingga diperlukan penyampaian berita yang kredibel (berimbang), akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan,” kata Daddi.
Dalam kegiatan tersebut, juga disampaikan perkembangan kinerja Industri Jasa Keuangan di Provinsi Aceh selama tahun 2024 dan Januari 2025.
Sampai dengan posisi Januari 2025, pertumbuhan pembiayaan sektor perbankan bank umum di Provinsi Aceh terus bertumbuh secara stabil dan konsisten yakni sebesar Rp43,71 triliun atau naik 14,43 persen secara year on year (yoy) dengan rasio non-performing financing (NPF) pembiayaan yang terjaga di angka 1,91 persen.
Kenaikan juga terjadi pada sisi DPK yang tercatat sebesar Rp43,17 triliun dengan pertumbuhan sebesar 7,89 persen secara yoy.
“Secara umum kondisi perbankan Aceh dalam kondisi stabil, tercermin dari penghimpunan dan penyaluran dana yang terus bertumbuh, dan rasio NPF yang masih terjaga dengan baik di tengah risiko ketidakpastian global yang masih tinggi ke depan misalnya Trade War Amerika – Tiongkok,” kata Daddi.
Pada sisi penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) juga tercatat kenaikan dengan porsi pembiayaan terbesar disalurkan oleh perusahaan pembiayaan.
Perusahaan pembiayaan mencatatkan penyaluran pembiayaan posisi Desember 2024 sebesar Rp5,39 triliun dan tumbuh sebesar 12,50 persen secara yoy. Industri pasar modal di Aceh juga mencatatkan pertumbuhan yang baik, dengan jumlah investor yang semakin bertambah yaitu naik 8,53 persen yoy dengan nilai kepemilikan saham sebesar Rp827 miliar atau meningkat 7,54 persen yoy.
Kinerja fintech peer to peer lending (pinjaman daring) yang terdaftar di OJK dengan identitas nasabah dari Aceh terus meningkat dari tahun ke tahun dengan akumulasi pembiayaan sejak awal fintech sampai dengan November 2024 dengan outstanding (baki debet) pembiayaan sebesar Rp178 miliar (Desember 2023 sebesar Rp132 miliar).
Peningkatan outstanding pembiayaan diikuti dengan penurunan risiko kredit dari pembiayaan bermasalah (TWP90) pada Desember 2024 sebesar 0,99 persen (Desember 2023: 1,09 persen).
OJK senantiasa mengimbau kepada masyarakat yang ingin menggunakan layanan fintech lending agar memperhatikan kemampuan membayar, memahami syarat dan ketentuan, termasuk bunga/marjin, denda dan rincian biaya yang dikenakan. Sehingga, dapat terhindar dari kerugian di masa mendatang.
Jumlah investor di pasar modal dengan identitas dari Aceh terus meningkat pada Desember 2023 jumlah investor sebanyak 147.887 Single Investor Identification /SID (meningkat 8,53 persen dari bulan Desember 2023 sebanyak 136.263 SID) serta SID saham sebanyak 65.011 (meningkat 24,34 persen dari SID bulan Desember 2023 sebanyak 52.284).
Hal yang sama terhadap jumlah kepemilikan saham pada Desember 2024 tercatat sebesar Rp827 miliar meningkat 7,54 persen dari Desember 2023 dengan jumlah kepemilikan saham sebesar Rp769 miliar.
Selanjutnya, Daddi menyebut pentingnya peran media untuk menyampaikan berita-berita edukatif terkait pengelolaan keuangan dan investasi kepada masyarakat agar masyarakat dapat lebih waspada terhadap maraknya penawaran investasi berkedok penipuan maupun aktivitas keuangan ilegal serta memahami dampak buruk serta bahaya penggunaannya misalnya Judi Online.
“Hal ini tentu perlu menjadi perhatian kita bersama bagaimana risiko judi online di Aceh cukup besar, sehingga masyarakat harus dibekali dengan pemahaman tentang dampak negatif judi online untuk membangun kesadaran yang tinggi”, tegas Daddi.
Berdasarkan data Indonesia Anti Scam Centre (IASC), sejak dibentuknya IASC November 2024 sampai dengan Februari 2025, terdapat 39.243 laporan dari masyarakat dengan jumlah rekening yang dilaporkan sebanyak 64.888 rekening dan pemblokiran rekening sebanyak 28.807 rekening dengan total kerugian dana sebesar Rp1 triliun.
Banyaknya jumlah laporan yang disampaikan melalui IASC dalam waktu yang relatif singkat mencerminkan praktik penawaran investasi illegal yang beredar di masyarakat sangat tinggi.
“Masyarakat diharapkan aware terhadap segala bentuk produk investasi yang ditawarkan, dengan melakukan pengecekan Legaltias dan penawaran imbal hasil yang Logis dan segera melaporkan kepada Satgas PASTI atau melalui IASC jika menemukan produk investasi yang diduga ilegal” kata Daddi.
Selama tahun 2024, OJK Aceh telah melaksanakan kegiatan edukasi keuangan sebanyak 60 kegiatan dengan capaian peserta sebanyak 516.731 peserta. Konten media sosial OJK (instagram: @ojk_aceh) sebanyak 966 konten dengan jangkauan audiens sebanyak 35,55 ribu orang.(ra/drh)