BANDA ACEH (RA) – Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD- RI) asal Aceh H. Sudirman alias Haji Uma meninjau Pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh, Kamis (25/10).
Saat ditemui di Pelabuhan Ulee Lheu, Haji Uma menyampaikan bahwa kedatangannya ke pelabuhan adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan DPD RI atas pelaksanaan UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Ada sejumlah persoalan menjadi perhatian anggota Komite II DPD RI ini. Terutama soal x-ray belum tersedia di Pelabuhan Ulee Lheue.
“X-ray ini cukup berperan penting dalam keamanan sebuah pelabuhan. Apalagi Ulee Lhue ini sangat padam, khususnya pada hari libur,” kata Haji Uma.
Sebagai salah satu pelabuhan tersibuk di Aceh, Pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh sudah seharusnya menerapkan standar keamanan maksimal. Dengan adanya mesin detektor, maka semua barang bawaan penumpang akan terpantau dan dapat mendeteksi barang terlarang maupun barang berbahaya yang dapat melukai penumpang.
Untuk itu, dirinya menyarankan kepada operator Pelabuhan Ulee Lheu untuk secepatnya menyediakan X-ray. “Kalau tidak ada X-ray bagaimana dapat memantau barang bawaan penumpang secara maksimal. Bagaimana kita tahu kalau ada yang bawa narkoba atau obat terlarang lainnya,” terangnya.
Selain persoalan X-ray, Haji Uma juga menyoroti tentang jembatan timbang pelabuhan. Menurutnya, jembatan timbang ada yang sekarang kurang ideal, kendaraan tidak dapat ditimbang sekaligus, karena bagian depan dulu ditimbang baru kemudian bagian belakang.
Dirinya berharap, kedepan dapat disediakan jembatan timbang yang lebih ideal lagi. Dengan begitu, masyarakat akan merasa cukup yakin dengan keakuratannya.
Persoalan lainnya yang menjadi sorotan Haji Uma adalah tentang kondisi KMP Tanjung Burang. Meski dinilai cukup layak berlayar, namun kapal fery tersebut dinilai sudah mulai berumur, tahun pembuatan 1991. ” Kita harap ada peremajaan, karena ini menyangkut dengan keselamatan penumpang,” kata Haji Uma usai betemu kapten kapal Tanjung Burang Kapten Ruba’i.
Dirinya juga mengingatkan agar kapten kapal memperhatikan betul soal muatan kapal. Kalau kondisi sedang ramai penumpang dan mobil barang jangan memaksakan untuk melebihi muatan. ” Kita tidak ingin pengalaman kelam KMP Gurita terulang. Itu harus menjadi pengalaman berharga,” pintanya.
Lebih lanjut Haji Uma berharap agar di dalam kapal penyeberangan juga disediakan tenaga medis. “Tenaga medis ini penting disiagakan guna mengantisipasi ada penumpang yang sakit,” demikian ujarnya. (ra)