Bermula dari Bali, Tebar Pesona sampai Miami
Memahami tren warga yang semakin peduli lingkungan plus kebiasaan lebih suka meminjam daripada membeli menjadi latar belakang Iwan Suryaputra membuat Gowes. Aplikasi itu memungkinkan penggunanya memakai sepeda, otopet, hingga motor listrik.
SAHRUL YUNIZAR, Jakarta, Jawa Pos
Minggu pagi (8/12) di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat. Banyak orang yang berlalu-lalang. Di antara mereka ada Yorie Warman. Saat dijumpai, dia sedang mengembalikan sepeda listrik berkelir merah kuning.
Pemuda 21 tahun itu mengaku baru menjajal aplikasi Gowes. ’’Ini pertama kalinya. Nyoba-nyoba aja keliling sekitar sini,’’ katanya seraya menata sepeda yang baru disewanya itu ke sebelah sepeda-sepeda dengan warna serupa.
Gowes yang merupakan aplikasi penyedia jasa bike sharing juga punya otopet listrik. Moda transportasi tersebut sedang booming di ibu kota. Tidak jarang pengguna otopet listrik yang masuk jalan raya. Sampai ada yang celaka. Hingga keluar aturan baru. Yakni, naik otopet listrik di jalan raya kena denda Rp 250 ribu.
Iwan Suryaputra sebagai pendiri Gowes menyebutkan, aplikasinya itu sudah diunduh 200 ribu kali di iOS maupun Android. Namun, pengguna aktifnya baru 20 ribu–40 ribu. Tentu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan pengguna aktif aplikasi ojek daring.
Meski begitu, Iwan terus bersyukur karena catatan pengguna menunjukkan grafik positif. Terus bertambah. Apalagi, armada yang mereka miliki baru 1.500 unit.
Gowes kali pertama diluncurkan di Bali pada Agustus 2018. Iwan yang asli Semarang tetapi tinggal di Jakarta merasa Bali sebagai pasar potensial penyewaan sepeda. ’’Untuk wisatawan keliling-keliling dengan area yang tidak terlalu jauh. Kami bekerja sama dengan beberapa hotel di sana,’’ ujarnya.
Lulusan Universitas Tarumanagara itu makin yakin usahanya maju karena melihat kebiasaan masyarakat, khususnya di perkotaan, yang lebih senang menyewa daripada membeli. Sikap itu akan semakin terasa seiring dengan pengembangan transportasi masal yang terus digarap pemerintah.
Keyakinan itulah yang membuat Iwan kian berani. Bersama perusahaan asal Tiongkok, Gowes tengah menyiapkan sepeda listrik baru. Iwan juga mengembangkan Viar Q1 sebagai motor listrik andalan. ’’Viar konsentrasi engineering-nya. Kami konsentrasi di IoT-nya,’’ bebernya.
Dengan IoT (internet of things) milik Gowes, masyarakat bisa dengan mudah menggunakan motor listrik tersebut tanpa harus beli. Layanan itu ada di aplikasi Gowes di bagian V-Rent.
Walau semua bisa mengunduh aplikasi, tidak semua boleh menggunakan motor listrik itu. Ada syarat khusus. Penyewa motor listrik harus mengunggah foto dan SIM C lebih dahulu. ’’Kalau tidak, nggak boleh sewa,’’ tegas Iwan.
Iwan ingin tahun depan armada Gowes bertambah sampai 6 ribu unit. Di samping menggaet lebih banyak pengguna, langkah itu diyakini bisa menambah sumbangsih terhadap pengurangan karbon. Selama Gowes beroperasi, angka pengurangan karbon yang dicatat sudah lebih dari 400 ton.
Angka itu diperoleh dari semua pengguna Gowes setiap kali memakai sepeda, otopet listrik, sepeda listrik, dan motor listrik dengan jarak 10 km per hari. ’’Harapannya, tahun depan bisa 500 ton jejak karbon (dikurangi),’’ ungkap Iwan.
Gowes juga melebarkan sayap ke Amerika Serikat dan Amerika Selatan. Saat ini ada pengusaha di Miami dan Kolombia yang ingin mengombinasikan IoT milik Gowes dengan konsep ride sharing ramah lingkungan yang mereka punya. ’’Mudah-mudahan Januari nanti bisa launching,’’ ujar Iwan.
Gowes memang belum besar. Stasiun persewaan yang mereka miliki baru 200 titik di berbagai daerah. Namun, mereka merasa punya basis kuat. Selain IoT yang terus dikembangkan, mereka memiliki peta digital sendiri. Dengan itu, mereka lebih leluasa karena tidak perlu membayar pihak lain. (jpg/min)