HARIANRAKYATACEH.COM – Bentrokan kekerasan di Yerusalem meningkat pada Senin (10/5). Pejabat kesehatan Gaza mengatakan, setidaknya 20 orang, termasuk sembilan anak-anak, tewas oleh serangan udara Israel yang diluncurkan setelah kelompok militan Palestina menembakkan roket di dekat Yerusalem.
Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan serangan terhadap kelompok bersenjata, peluncur roket, dan pos militer di Gaza setelah gerilyawan di Gaza melintasi garis merah dengan menembaki daerah Yerusalem untuk pertama kalinya sejak perang 2014.
Dikutip Reuters, Hamas dan kelompok militan Islam lainnya mengaku bertanggung jawab atas tembakan roket di Yerusalem.
Abu Ubaida, Juru Bicara sayap bersenjata Hamas mengatakan, pihaknya telah meluncurkan serangan roket terhadap musuh di Yerusalem yang diduduki Israel. Hal ini sebagai tanggapan atas kejahatan dan agresi mereka terhadap kota suci dan agresi terhadap warga Palestina di Masjid Sheikh Jarrah dan Al-Aqsa.
Balasan tembakan roket dan serangan udara Israel pun berlanjut hingga larut malam. Warga Palestina melaporkan, terjadi ledakan keras di dekat Kota Gaza dan di sepanjang jalur pantai.
Sesaat sebelum tengah malam waktu setempat, militer Israel mengatakan militan Palestina telah menembakkan sekitar 150 roket ke Israel. Puluhan di antaranya dicegat oleh sistem pertahanan misil Israel.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, serangan roket dari Gaza terhadap Israel harus dihentikan segera. Dia mendesak semua pihak untuk mengambil langkah-langkah demi mengurangi ketegangan.
Seperti diketahui, pada Senin, terjadi konfrontasi dini hari di Masjid Al-Aqsa di jantung Kota Tua Yerusalem, di kompleks yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai “Temple Mount” dan bagi Muslim sebagai Tempat Suci -situs paling sensitif dalam konflik Israel- Palestina.
Tim medis Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, lebih dari 300 warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan polisi Israel, yang menembakkan peluru karet, granat kejut dan gas air mata di kompleks tersebut. Sementara polisi mengatakan, 21 petugas terluka dalam bentrokan itu.
Meningkatnya kekerasan terjadi saat Israel merayakan “Hari Yerusalem”, menandai perebutannya atas Yerusalem Timur dalam perang Arab-Israel 1967.
Dalam upaya meredakan ketegangan, polisi mengubah rute pawai tradisional Hari Yerusalem, di mana ribuan pemuda Yahudi yang mengibarkan bendera Israel akan berjalan melalui Kota Tua dekat Gerbang Damaskus, titik bentrokan dalam beberapa pekan terakhir.
Meskipun masalah telah mereda pada pagi hari, ada titik fokus ketegangan lainnya, termasuk lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur di utara Kota Tua, di mana beberapa keluarga Palestina menghadapi penggusuran dari rumah-rumah mereka yang diklaim oleh pemukim Yahudi.
Berita Terkait : Polisi Israel Bentrok Lagi Dengan Warga Palestina
Menuntut agar Israel mengeluarkan polisinya dari Al-Aqsa dan Sheikh Jarrah, Hamas, kelompok militan Islam yang menguasai Gaza, menetapkan pukul 6 sore sebagai batas waktu penarikan pasukan.
Bahkan ketika para demonstran dialihkan ke arah Gerbang Jaffa, sirene berbunyi, memperingatkan orang-orang Israel terhadap roket yang ditembakkan dari Gaza, memaksa para demonstran dan orang Israel lainnya melarikan diri, untuk berlindung di Yerusalem, kota-kota terdekat dan di komunitas Israel dekat Gaza.
Israel mengklaim, semua wilayah Yerusalem sebagai ibu kotanya, termasuk bagian timur yang dianeksasi setelah perang 1967. Namun tindakan tidak mendapat pengakuan internasional.
Sementara klaim yang sama juga dilakukan Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara yang mereka nantinya.
Ketegangan telah meningkat selama berminggu-minggu selama bulan Ramadan, di tengah bentrokan antara pasukan keamanan Israel dan pengunjuk rasa Palestina. (jpg/rmid)