class="post-template-default single single-post postid-3047 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
BKN Pangkas Anggaran BBM Hingga Daya Listrik Penembakan Massal di Sekolah Orebro Swedia Tewaskan 10 Orang 13 Toko dan 11 Unit Rumah di Bandar Baru Terbakar ISBI Aceh dan Pemkab Aceh Timur Sepakat Kolaborasi Pendidikan Seni Budaya Bersama MK Tolak Gugatan Pilkada Lhokseumawe, Saatnya Bersatu Untuk Kota Lhokseumawe

UTAMA · 4 Jan 2017 06:17 WIB ·

Gajah Liar Dipasangi GPS


 PEMASANGAN GPS: Tim CRU Cot Girek bekerja sama dengan BKSDA Aceh melakukan pemasangan kalung GPS Gajah liar agar memberi informasi dan titik koordinat keberadaannya, Selasa (3/1).
FOR RAKYAT ACEH Perbesar

PEMASANGAN GPS: Tim CRU Cot Girek bekerja sama dengan BKSDA Aceh melakukan pemasangan kalung GPS Gajah liar agar memberi informasi dan titik koordinat keberadaannya, Selasa (3/1). FOR RAKYAT ACEH

BANDA ACEH (RA) – Tim BKSDA Aceh kembali memasang satu unit GPS (Global Positioning System) collar pada individu gajah liar yang menjadi bagian dari kelompok gajah yang beredar di antara wilayah Aceh Utara dan Aceh Timur.

Gajah yang dipasang kalung GPS ini akan memberikan informasi titik koordinat keberadaanya, dan secara otomatis akan menunjukkan lokasinya di dalam peta digital dalam periode yang telah diatur setiap lima jam sekali melalui satelit.

Langkah ini dilakukan dengan beberapa tujuan, selain untuk dapat mengetahui lebih rinci pola pergerakan harian kelompok gajah ini dari waktu ke waktu, sehingga dapat menjadi sistem peringatan dini dalam upaya penanggulangan konflik manusia dan gajah yang dilakukan oleh BKSDA dan pemerintah kabupaten melalui tim CRU (Conservation Response Unit).

“Selain itu, data pergerakan gajah ini akan menjadi informasi penting tentang pola penggunaan ruang oleh kelompok gajah ini, sehingga informasi ini akan berguna bagi Pemerintah Aceh dalam mengatur pola pemanfaatan ruang dan upaya konservasi gajah di masa depan.”

Demikian dikatakan Kepala BKSDA Aceh, Genman Hasibuan, dalam siaran persnya yang diterima redaksi Selasa (2/1) malam.
Menurutnya, GPS collar yang dipasang kemarin merupakan yang ketiga dipasang di Aceh, dan pihaknya menyampaikan bahwa BKSDA Aceh secara bertahap telah merencanakan agar semua populasi utama di Aceh dipasang GPS collar, agar dapat mengetahui secara keseluruhan pola penggunaan ruang oleh populasi gajah di Aceh.

“Dan ini menginspirasi langkah-langkah penanggulangan konflik serta pengelolaan habitatnya bersama pemerintah daerah kabupaten maupun propinsi,” kata dia.
Tim pemasangan GPS collar ini terdiri dari mahout (pawang gajah) beserta gajah terlatih dari PLG dan CRU Cot Girek yang dikepalai oleh Andi Aswinsyah, para dokter hewan yang diketuai oleh drh. Arman Sayuti dan anggota kepolisian dari sektor setempat.

Sehari sebelumnya, pada 30 Desember 2016, tim yang bertugas melakukan pelacakan mengidentifikasi keberadaan kelompok gajah liar. Keesokan harinya,sekira pukul 13.35 WIB, individu yang menjadi target terdeteksi dan berada pada jarak tembak dengan peluru bius.

“Sisa kelompok gajah lainya dijauhkan menggunakan suara mercon sehingga tim dapat melakukan pemasangan GPS collar yang selesai pada pukul 16.00 WIB, lalu dilakukan pemantauan perilaku gajah untuk memastikan bahwa gajah tersebut menerima adanya GPS collar di lehernya,” kata Genman.

Pada pemasangan ini, kata Genman, didukung banyak pihak. Diantaranya tim dari Pusat Kajian Satwa Liar (PKSL)-Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syah Kuala, melalui program Wildlife Ambulance. Unsyiah juga mendukung dengan seorang tenaga ahli yang sedang melakukan penelitian Post Doctoral, yaitu Dr. Gaius Wilson.

“Dalam hal ini kita juga dibantu International Elephant Foundation (IEF), People’s Trust for Endangered Species (PTES) dan International Elephant Project (IEP) melalui kolaborasi dengan Universitas Syiah Kuala,” katanya.
Tri Dharma Perguruan Tinggi

Dekan FKH Unsyiah, Dr. Muhammad Hambal menyampaikan bahwa kerjasama semacam ini adalah wujud dari tanggungjawab Universitas Syiah Kuala dalam menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
“Meskipun terhitung baru kami luncurkan, program kerjasama wildlife ambulance ini, telah memberikan jasa layanan penanganan medis yang tergolong darurat bagi satwa liar,” katanya.

Baru-baru ini, kata Hambal, pihaknya juga telah memenuhi beberapa permintaan BKSDA Aceh untuk melakukan evakuasi terhadap beberapa beruang madu, gajah dan harimau yang terjerat, juga untuk melakukan identifikasi post mortem terhadap ikan paus sperma yang terdampar di pantai Alue Naga, Banda Aceh beberapa waktu lalu.

“Insya Allah kita mendedikasikan sebuah tim tangguh yang siap bergerak kapanpun untuk merespon kondisi emergency pada satwa liar, terutama satwa liar langka yang di lindungi oleh undang undang RI,” katanya. (ara)

Artikel ini telah dibaca 17 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Presiden Prabowo dan Menkes Budi Bahas Program Cek Kesehatan Gratis, Mulai Berjalan 10 Februari

5 February 2025 - 17:01 WIB

Akomodir Rapat Yayasan MIM Langsa yang Diduga Langgar Anggaran Dasar, Notaris di Aceh Besar Dilaporkan ke MPD

5 February 2025 - 07:11 WIB

Bertemu Mendagri, Pj Gubernur Aceh dan Ketua DPR Aceh Bahas Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh Terpilih

4 February 2025 - 21:30 WIB

Jelang Ramadan, Presiden Prabowo Pastikan Stok Pangan Nasional Aman

4 February 2025 - 15:44 WIB

Terkait Kasus OI, Iwan Fals dan Istri Dicecar dengan 16 Pertanyaan

4 February 2025 - 15:01 WIB

Sidang Mesum Sesama Jenis Pasangan Gay Terancam 100 Kali Cambuk

4 February 2025 - 14:22 WIB

Trending di METROPOLIS