Harianrakyataceh.com – Pembicaraan damai Syria di Hotel Rixos President, Astana, Kazakhstan, tidak berlangsung mulus kemarin (23/1). Pada sesi pertama, perwakilan kelompok bersenjata Syria menolak melakukan pembicaraan secara langsung dengan perwakilan pemerintah.
Juru bicara kelompok bersenjata Yehya Al Aridi mengungkapkan, hal itu adalah bentuk protes mereka karena rezim Bashar Al Assad terus membombardir di dekat Damaskus. Padahal, hingga detik ini, gencatan senjata harusnya masih berlangsung. ’’Hingga saat ini, pemerintah belum melaksanakan kesepakatan (gencatan senjata, Red) yang ditandatangani 30 Desember lalu,’’ ujar Aridi.
Belum diketahui apakah pada sesi kedua mereka berubah pikiran. Yang jelas, pembicaraan damai tersebut adalah kesempatan langka. Sebab, sejak konflik mencuat pada 2011, untuk kali pertama, kelompok bersenjata bernegosiasi langsung dengan pihak pemerintah.
Pembicaraan damai yang diprakarsai PBB dan AS dulu berlangsung beberapa kali. Dalam seluruh pembicaraan tersebut, kelompok bersenjata diwakili tokoh politik dari oposisi. Nah, di Astana, perwakilan oposisi merupakan para pemimpin kelompok bersenjata itu sendiri. Ada 12 faksi kelompok bersenjata yang hadir.
Pembicaraan di Astana tersebut tidak akan menggantikan proses perdamaian yang digagas PBB. Rencananya, proses perdamaian yang didukung PBB dan negara-negara Barat itu dilanjutkan di Swiss bulan depan.
Tidak hanya tak mau bertatap muka langsung, kelompok oposisi dan rezim Assad juga hadir dengan tujuan berbeda. Oposisi ingin pembicaraan tersebut lebih berfokus pada perpanjangan dan realisasi gencatan senjata. Namun, pihak pemerintah menginginkan lebih. Mereka bersikukuh oposisi tidak lagi angkat senjata sehingga bisa diberi pengampunan.
Assad juga menginginkan adanya solusi politik yang menyeluruh atas konflik yang menelan 310 ribu nyawa tersebut. ’’Delegasi pemerintah di Astana memiliki agenda, antara lain, menguatkan gencatan senjata dan mendiskusikan prinsip-prinsip solusi politik,’’ ujar salah seorang sumber di delegasi pemerintah.
Media Syria melaporkan, pemerintah bertemu dengan delegasi Iran dan Perwakilan PBB untuk Syria Staffan de Mistura. Mereka mendiskusikan posisi Syria dalam pembicaraan itu. Pemimpin negosiator pihak pemerintah Bashar Al Jaafari menambahkan, mereka akan memisahkan oposisi dari ISIS dan kelompok pecahan Al Qaeda, yaitu Fateh Al Sham Front.
Pembicaraan di Astana rencananya selesai siang ini. Rusia dan Turki akan mengeluarkan pernyataan bersama yang disepakati pemerintah dan oposisi. Perwakilan oposisi Osama Abu Zeid mengungkapkan, jika negosiasi tersebut sukses, mereka akan tunduk dan ikut pada proses selanjutnya. ’’Tapi, jika tidak sukses, kami tidak memiliki pilihan lain selain terus bertempur,’’ tegasnya. (AFP/Reuters/Aljazeera/sha/c22/any/tia)