class="post-template-default single single-post postid-14218 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
Ilmuwan Berhasil Kembangkan Otak Simpanse Tercanggih Ratusan Tenaga Non-ASN Desak Diangkat P3K Penuh Waktu DPR Aceh Segera Panggil BKA PNL dan PGE Sepakat Pengembangan SDM Migas Unggul Pj Wali Kota dan Kapolres Lhokseumawe Ikut Vicon Rakor Ketahanan Pangan 2025 Ratusan Tenaga Kesehatan R2 dan R3 Geruduk Kantor Bupati Bireuen

INTERNASIONAL · 11 Sep 2018 06:59 WIB ·

Sekitar 100 Migran Tewas Tenggelam di Lepas Pantai Libya


 Sementara itu, data PBB menyebutkan pada 1 Juli, setidaknya 1.000 orang tenggelam di laut ketika mencoba menyeberang ke Eropa sejak awal tahun (Pixabay) Perbesar

Sementara itu, data PBB menyebutkan pada 1 Juli, setidaknya 1.000 orang tenggelam di laut ketika mencoba menyeberang ke Eropa sejak awal tahun (Pixabay)

Harianrakyataceh.com – Lebih dari 100 orang, termasuk 20 anak-anak, meninggal pada awal September ketika perahu karet mereka rusak di lepas pantai Libya. Ini menurut lembaga bantuan Medecins Sans Frontieres (MSF) yang juga dikenal sebagai Doctors Without Borders.

Dilansir Al Jazeera pada Selasa, (11/9), MSF mengatakan, kedua kapal itu berangkat dari pantai Libya pada 1 September, masing-masing membawa sejumlah orang, sebagian besar dari negara-negara Afrika seperti Sudan, Mali, Nigeria, Kamerun, Ghana, Libya, Aljazair, dan Mesir.

 perahu gagal bekerja dan yang lain mulai mengempis. MSF mengatakan, beberapa bertahan hidup dengan berpegang pada reruntuhan kapal yang mengambang. Banyak orang dibawa ke pelabuhan Libya Khoms pada 2 September oleh penjaga pantai Libya. “Ketika kapal pertama berhenti karena kegagalan mesin, perahu kami terus bernavigasi dan mulai mengempis sekitar pukul 1 siang. Ada 165 orang dewasa dan 20 anak di dalamnya,” kata seorang korban kepada MSF.

Korban mengatakan, pada saat kejadian, navigasi ponsel menunjukkan orang-orang itu tidak jauh dari Pantai Malta. Mereka dilaporkan meminta bantuan dari penjaga pantai Italia, tetapi kapal mulai tenggelam sebelum bantuan tiba. “Kami tidak bisa berenang dan hanya beberapa orang yang memiliki

pelampung. Orang-orang di antara kami yang bisa memegang kapal terapung itu tetap hidup,” kata korban.

MSF mengobati korban dengan luka bakar

 dari tumpahan bensin mesin. “Tim medis kami bekerja keras selama beberapa jam untuk membantu para korban dengan kondisi paling serius,” kata Jai Defranciscis, perawat MSF yang bekerja di Misrata, Libya Barat Laut.

Sementara itu, data PBB menyebutkan pada 1 Juli, setidaknya 1.000 orang tenggelam di laut ketika mencoba menyeberang ke Eropa sejak awal tahun. Pada Juni, ketika pemerintah Italia dan penjaga pantai Libya memberlakukan pembatasan lebih banyak, lebih dari 200 orang tenggelam di Laut Tengah. Pada tahun 2017, lebih dari 3.000 orang meninggal atau hilang.

Pada Februari 2017, pemerintah Italia sebelumnya menandatangani nota kesepahaman tentang migrasi dengan Pemerintahan Nasional yang didukung Pemerintah Libya. Dengan persetujuan Uni Eropa, Italia mulai melatih dan melengkapi penjaga pantai Libya untuk melakukan penyelamatan.

(ina/JPC)

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Ilmuwan Berhasil Kembangkan Otak Simpanse Tercanggih

15 January 2025 - 15:55 WIB

Korban Tewas Akibat Kebakaran di Los Angeles Bertambah Jadi 24 Orang

13 January 2025 - 16:04 WIB

Khabib Nurmagomedov Diusir dari pesawat Frontier Airlines

13 January 2025 - 14:36 WIB

Los Angeles Kebakaran Hebat, Cegah Penjarahan Pembatasan Wilayah Evakuasi Diberlakukan

10 January 2025 - 15:45 WIB

Momen Prabowo Tiba di Malaysia Disambut Pejabat Tinggi dan Jajar Kehormatan

9 January 2025 - 14:29 WIB

Tibet Diguncang Gempa Dahsyat, Tewaskan 126 orang

8 January 2025 - 15:43 WIB

Trending di INTERNASIONAL