RAKYAT ACEH – Shamima Begum ingin kembali ke Inggris. Dia merupakan satu dari tiga siswi yang meninggalkan London pada 2015 untuk bergabung dengan ISIS. Begum pun mengaku tak menyesal dengan keputusannya itu.
Berbicara kepada Times via BBC di sebuah kamp pengungsi di Syria, Begum mengaku tengah hamil sembilan bulan dan ingin pulang untuk kelahiran bayinya. Dia sebelumnya juga punya dua anak lain namun telah meninggal.
Anak pertamanya, seorang gadis, meninggal pada usia satu tahun sembilan bulan, dan dimakamkan di Baghuz sebulan yang lalu. Sementara anak keduanya yang pertama meninggal sekitar tiga bulan lalu pada usia delapan bulan. Penyebabnya karena sakit yang diperparah dengan kekurangan gizi.
“Tidak ada obat yang tersedia, dan tidak cukup staf medis,” katanya. “Itu sebabnya saya benar-benar ingin kembali ke Inggris karena saya tahu itu akan diurus, setidaknya dari segi kesehatan,” sambungnya.
Sementara dua teman sekolahnya yang meninggalkan Inggris bersamanya tewas dalam pengeboman. Ketika meninggalkan Inggris pada 2015, Begum bersama dua temannya, Amira Abase dan Kadiza Sultana, berusia 15 dan 16 tahun. Mereka juga meninggalkan sekolahnya di Bethnal Green Academy.
Ketiganya terbang dari Bandara Gatwick ke Turki setelah memberi tahu orang tua mereka. Mereka kemudian menyeberangi perbatasan ke Syria. Sepuluh hari kemudian, Begum menikah dengan seorang pria Belanda berusia 27 tahun yang telah memeluk Islam. Dia telah bersamanya sejak itu.
Dua minggu lalu, pasangan itu melarikan diri dari Baghuz, wilayah terakhir kelompok ISIS di Syria timur. Suaminya menyerah kepada sekelompok pejuang Syria ketika mereka pergi. Begum pun sekarang menjadi salah satu dari 39 ribu orang yang tinggal di sebuah kamp pengungsi di Syria utara.
Ditanya oleh jurnalis Times, Anthony Loyd, apakah pengalamannya tinggal di markas ISIS di Raqqa, sudah sesuai dengan yang ia inginkan? Begum menjawab iya.
“Ya, benar. Di sana seperti kehidupan normal. Kehidupan yang mereka tunjukkan pada video propaganda, dan ini adalah kehidupan normal,” katanya. “Sesekali ada bom dan sebagainya,” sambungnya.
Selain itu, dia juga mengaku pernah melihat kepala yang dipenggal untuk pertama kalinya. Menurutnya, kepala itu di tempat sampah dan sama sekali tidak mengganggunya.
“Aku bukan anak sekolah 15 tahun yang sama konyolnya yang melarikan diri dari Bethnal Green empat tahun lalu,” katanya kepada Loyd. “Aku tidak menyesal datang ke sini,” imbuhnya. (JPG/ra)