class="post-template-default single single-post postid-30421 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
BKN Pangkas Anggaran BBM Hingga Daya Listrik Penembakan Massal di Sekolah Orebro Swedia Tewaskan 10 Orang 13 Toko dan 11 Unit Rumah di Bandar Baru Terbakar ISBI Aceh dan Pemkab Aceh Timur Sepakat Kolaborasi Pendidikan Seni Budaya Bersama MK Tolak Gugatan Pilkada Lhokseumawe, Saatnya Bersatu Untuk Kota Lhokseumawe

DAERAH · 18 May 2020 06:47 WIB ·

Alih Fungsi Hutan Wilayah Hulu Marak


 Satu unit alat berat beko tengah bekerja membuka lahan perkebunan kelapa sawit dikawasan hutan lindung wilayah Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang yang diduga tanpa inzin. Foto direkam beberapa waktu lalu. (ist) Perbesar

Satu unit alat berat beko tengah bekerja membuka lahan perkebunan kelapa sawit dikawasan hutan lindung wilayah Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang yang diduga tanpa inzin. Foto direkam beberapa waktu lalu. (ist)

Banjir Bandang Ancam Aceh Tamiang

ACEH TAMIANG (RA)- Aktivitas pembalakan liar dan pembukaan kebun sawit secara ilegal terus berjalan di kawasan hulu kabupaten Aceh Tamiang. Para aktivis lingkungan mengingatkan apabila curah hujan tinggi dan merata, maka potensi banjir bandang akan berulang, bahkan lebih parah lagi seperti akhir tahun 2006.

Sebagaimana diketahui, kawasan hulu berbatasan antara Kecamatan Tenggulun-Kabupaten Langkat, Tamiang Hulu-Kabupaten Gayo Lues dan Bandar Pusaka-Kabupaten Aceh Timur.

“Tentunya data BMKG bisa menjadi acuan untuk melihat curah hujan. Kita melihat potensi banjir bandang ditandai dengan perubahan tutupan lahan yang setiap tahun mengalami kerusakan dan perusakan,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Advokasi Hutan Lestari (LembAHtari), Sayed Zainal kepada Rakyat Aceh di Karang Baru, Minggu (17/5).

Sayed menyatakan, Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) di Aceh Tamiang semakin tidak berdaulat. Pembukaan kebun sawit secara ilegal dan pembalakan liar terus berjalan. “Bahkan pada kawasan hutan lindung di empat kecamatan wilayah hulu yaitu, Tenggulun, Tamiang Hulu, Bandar Pusaka dan Sekerak terus dibabat hingga sekarang,” sebutnya.

Pentolan LSM lingkungan di Tamiang ini membeberkan, di Tenggulun pembukaan lahan terjadi di pucuk-pucuk Sungai Sekundur dan Sungai Rengas berbatasan dengan BBTNGL Resort VI Besitang. Tamiang Hulu ke arah Bukit Tiga Kilo atau Bukit Batu juga ada pembukaan lahan alih fungsi menjadi kebun sawit.

Selain itu, ungkap dia aktivitas pembalakan liar juga berlangsung di situ yang merupakan kawasan hutan produksi perbatasan dengan Lesten, Gayo Lues.

Kemudian, lanjut Sayed Zainal, pembukaan lahan untuk perkebunan juga terjadi di Bandar Pusaka dan Sekrak yang berbatasan dengan Kampung Balai Karang dan kemukiman Simpang Jernih, Aceh Timur.

“Empat wilayah hulu ini hutannya selalau terbabat baik hutan yang di dalam KEL maupun hutan lindung di luar KEL. Rata-rata pembukaan lahan perkebunan diduga tanpa izin,” bebernya.

Sayed menambahkan, titik paling parah pembukaan lahan dan paling luas berada di Tenggulun diperkirakan sekitar 500 Ha, sehingga kalau intensitas hujan tinggi dan merata potensi banjir pertama di sana. “Mudah-mudahan di Tamiang tidak terjadi banjir bandang seperti di Aceh Tengah pada 13 Mei 2020 lalu,” harapnya.

Sungai Tamiang Meluap
Sementara itu, pada Sabtu (16/5) pukul 12.30 WIB Posko Tagana Kabupaten Aceh Tamiang melaporkan terjadi banjir luapan Sungai Aceh Tamiang. Banjir dipicu intensitas hujan tinggi melanda bagian hulu sungai sejak Jumat malam pukul 20:00 WIB-Sabtu dini hari pukul 02.00 WIB.

“Hal itu mengakibatkan aliran sungai Tamiang meluap hingga terjadi banjir dibeberapa kampung dan kecamatan yang berada di daerah aliran sungai (DAS) Tamiang,” kata Ketua Tagana Atam, Sulaiman dalam keterangan tertulis yang diterima Rakyat Aceh, Minggu (17/5).

Menurutnya, dampak banjir luapan tersbut tersebar di tiga kecamatan hulu masing-masing, Tenggulun, Tamiang Hulu, Bandar Pusaka dan satu kecamatan hilir yakni, Kota Kualasimpang. Saat ini, kata dia upaya yang dilakukan tim Tagana melakukan pemantauan, pendataan dan pelaporan dan menginput data dari masing-masing Pos Tagana di kecamatan.

“Kalau banjir di Kualasimpang itu biasanya kiriman air dari hulu. Sejauh ini data korban jiwa dan harta masih nihil. Kondisi terakhir ketinggian air di permukiman dan jalan desa setinggi 40-80 centimeter,” ujarnya. (urd/slm)

Artikel ini telah dibaca 13 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Presiden Prabowo dan Menkes Budi Bahas Program Cek Kesehatan Gratis, Mulai Berjalan 10 Februari

5 February 2025 - 17:01 WIB

Pemerintah Aceh Barat Renovasi Tugu Simpang Pelor Meulaboh

5 February 2025 - 16:36 WIB

13 Toko dan 11 Unit Rumah di Bandar Baru Terbakar

5 February 2025 - 14:38 WIB

Akomodir Rapat Yayasan MIM Langsa yang Diduga Langgar Anggaran Dasar, Notaris di Aceh Besar Dilaporkan ke MPD

5 February 2025 - 07:11 WIB

Bertemu Mendagri, Pj Gubernur Aceh dan Ketua DPR Aceh Bahas Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh Terpilih

4 February 2025 - 21:30 WIB

MK Tolak Gugatan Pilkada Lhokseumawe, Saatnya Bersatu Untuk Kota Lhokseumawe

4 February 2025 - 18:06 WIB

Trending di LHOKSEUMAWE