ACEH TAMIANG (RA) – Para guru tingkat TK, SD dan SMP di Aceh Tamiang belajar mengedit dan membuat video pembelajaran untuk diupload ke aplikasi “Tamiang Pande”, kegiatan tanpa dipungut biaya alias gratis.
Tujuannya, untuk mengatasi pembelajaran kepada murid sekolah yang terpaksa libur panjang di masa pandemi Covid-19. Pelatihan ini difasilitasi Dinas Komunikasi dan Persandian (Diskominfosan) Aceh Tamiang di aula kantor dinas setempat, Rabu (14/10).
Plt Kepala Diskominfosan Aceh Tamiang, Bastian, S.Kom mengatakan, kegiatan belajar IT para guru ini sudah berjalan dua minggu sejak aplikasi pendidikan terpadu Tamiang Pande di launching. Belajar membuat video ini akan berlangsung selama dua bulan kedepan dengan jumlah perserta satu gelombang 10-15 orang.
“Pesertanya guru TK, SD dan SMP. Setiap hari mereka membuat konten pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran masing untuk dimasukan ke video. Sampai sekarang sudah ada sekitar 20 video pebelajaran dari masing-masing tingkatkan sekolah tersebut,” kata Bastian kepada Rakyat Aceh disela meninjau metode belajar cara aplikasi tersebut.
Sementara, lanjut Bastian, pembimbing dan tutor tatacara membuat video itu sebanyak tujuh orang dari unsur Diskominfo dibantu mahasiswa magang dari Unimal Lhokseumawe. Peserta tenaga pengajar ini setiap hari kerja diutus oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Aceh Tamiang untuk belajar video dari pagi hingga sore.
“Biasanya sore sudah ada hasil video untuk di unggah setiap hari. Kalau hari libur sabtu-minggu tidak ada belajar, khusus naikkan konten yang sudah siap,” ungkap Bastian.
Bastian menyebut, aplikasi Tamiang Pande berbasis android ini berlaku secara nasional bisa dibuka online maupun offline. “Yang terpenting dalam kondisi ketiadaan anggaran kita masih bisa melakukan kegiatan ini untuk mencerdaskan generasi bangsa,” tukas Bastian.
Salah satu tutor tenaga skil dari Diskominfo Atam, DR Neni Sriwahyuni menambahkan, untuk hari ini penerimaan pembelajaran dari para peserta yang notabenen guru sekolah tidak memiliki kendala berarti. Hanya saja sebagian isi konten harus di edit lagi.
“Alhamdulillah saat ini sudah lebih 20 video yang dihasilkan oleh masing-masing sekolah, TK 6 video, SD 11 video dan SMP 7 video,” kata alumni S3 Administrasi Publik Undip tersebut. (mag86/ra)