Harga Anjlok di Tengah Mimpi Realisasi Janji Jokowi
LAPORAN : Mashuri, REDELONG
Hawa sejuk dataran tinggi Kabupaten Bener Meriah, kini malah membuat warganya terutama petani kopi gerah. Panen raya kopi yang diharapkan dapat membantu perekonomian saat ini tak lagi disambut dengan meriah.
Bulan madu menikmati keunggulan kopi yang digadang-gadangkan menjadi terbaik di dunia, sekarang mulai membuat khawatir. Hantaman virus Corona yang datang Maret lalu memperparah kehidupan petani kopi dataran tinggi Gayo ini.
Biji emas merah itu kini malah seakan tak laku dijual di pasaran dan harganya terus anjlok sehingga menyulitkan ekonomi masyarakat dataran tinggi gayo.
Panen raya yang saat dilaksankan juga hanya dihadapi pasrah karena kopi terpaksa harus dijual kepada tengkulak dengan harga murah, berkisar Rp6.500 sampai Rp8.000 per bamboo, padahal sebelumnya harga jualnya mencapai Rp10.000 sampai RP13.000 per bambu.
Harga saat ini sangat murah dan tidak sebanding kost perawatan serta upah petik kopi yang dikelurakan petani. Sangat dipmerlukan peran pemerintah membantu petani kopi yang saat ini kesulitan ekonomi.
Menunggu Realisasi Janji Jokowi
Dari berbagai sumber, para eksportir di masa pandemi ini juga terkendala pengiriman kopi keluar negeri seperti halnya terbatasnya jumlah kontainer dan tertahannya kopi tersebut di kapal transit Singapura.
“Kami tidak berharap lebih, sebagai petani hanya ingin pemerintah hadir dan memperjuangankan ekonomi petani kopi,” ungkap Sahdan (35) petani kopi asal Kampung Tingkem, Kecamatan Bukit.
Dikatakan Sahdan, panen kopi di sebagian wilayah Bener Meriah seperti Kecamatan Bukit sudah hampir habis, namun campur tangan pemerintah daerah, propinsi atau pusat, belum juga terlihat dan dirasakan.
“Padahal, Presiden Jokowi pernah berjanji membeli kopi petani, namun entah kapan itu terjadi. Kami sangat berharap janji tersebut dapat terealisasi dan pemerintah membeli kopi petani dengan harga yang layak. Harga kopi tentu akan naik ketika kopi tidak keluar dari Bener Meriah,” ujarnya.
Janji Presiden Jokowi membeli kopi petani kopi dataran tinggi Gayo sebesar Rp 1 triliun ini terlontar saat menerima Gubernur Aceh, Nova Iriansyah yang menemuinya di Jakarta di bulan Juli lalu.
Kepada Nova yang saat itu masih Plt Gubernur, Jokowi menyatakan akan membeli produk utama perkebunan dataran tinggi gayo yaitu kopi, baik melalui skema BUMN ataupun swasta.
Selain itu, Ayah dari dua orang anak ini juga mengaku heran, dibandingan komoditi lain ketika harga murah kebanyakan barang tidak laku dijual sementara khusu kopi meskipun ajlok namun dapat di jual dalam jumlah banyak.
Panen Raya, Positif Corona Turun
Di sisi lain, di tengah ganasnya lojakan konfirmasi postif COVID-19 di wilayah negeri di atas awan ini, masyarakat disibukan beraktivitas di kebun kopi, sehingga tidak lagi berkerumanan. Terbukti lojakan yang sebelumnya diperkirakan naik kini mulai terkendali.
“Alhamdulillah, musim panen kopi telah menyibukkan masyarakat di dataran Tinggi Gayo Kabupaten Bener Meriah umumnya petani. Situasi ini secara tidak langsung membuat masyarakat mengurangi interaksi sosial,” ungkap Juru Bicara penganan COVID-19 Bener Meriah, Khalisudin, kepada Rakyat Aceh, Kamis (19/11).
Menurutnya, panen raya sangat menguntungkan dalam hal pencegahan penularan Covid-19 semntara menyakut hagra kopi terkini juga sudah mulai mulai membaik dibandinkan beberpa waktu lalu yang hanya di beli Rp 5000 sampai Rp 7000 perbambu.
Ia menamabahkan, walaupun harga belum normal seperti sebelum Pandemi Covid-19 dengan kisaran Rp.10.000 keatas, namun telah membuat petani bergairah dan tentu mengkonsentrasikan diri dan keluarga beraktivitas di kebun.
Faktor lainnya lanjut Khalisuddin, tingkat kesadaran masyarakat juga semakin baik. Hal ini ditunjukkan dengan penerapan Protokol Kesehatan (Prokes) yang makin tinggi. (uri/min)