ACEH TAMIANG (RA) – Sebanyak 28 datok penghulu (kades) di Kabupaten Aceh Tamiang menerima penghargaan Open Defecation Free (ODF). Sertifikat penghargaan ini diserahkan Wakil Bupati Aceh Tamiang, HT Insyafuddin secara simbolis kepada para datok dalam acara rapat pencegahan dan penanggulangan stunting terintegrasi serta deklarasi bersama stop BABS berlangsung di Aula Dinas Kesehatan Aceh Tamiang, Selasa (15/12).
Ke 28 datok penghulu yang tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang dianggap telah berhasil melakukan gerakan stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di kampungnya.
Salah satu datok penghulu menyatakan sangat berterimakasih atas penghargaan yang diberikan pada acara deklarasi bersama stop BABS . Untuk kedepannya pihaknya akan meningkatkan lagi sistem sanitasi yang sudah baik akan ditinjau kembali ke masyarakat agar bisa mendapatkan wacana bantuan proyek prasarana dari Kementerian PUPR.
“Pokoknya akan kita susul lah, bantuan proyek dana dari pusat itu,” kata datok penghulu Kampung Kesehatan, Kecamatan Karang Baru, Syariful Alam menjawab Rakyat Aceh usai menerima penghargaan.
Syariful menyatakan, Kampung Kesehatan yang dihuni lebih dari 100 KK penduduk sudah bebas dari BABS, berdasarkan survey yang dilakukan pihak kampung dengan Dinkes pada bulan Oktober 2020 lalu. Di Kecamatan Karang Baru yang meliputi 31 kampung ini hanya delapan kampung yang mendapatkan penghargaan ODF, salah satunya Kampung Kesehatan. Bagi datok yang mendapatkan penghargaan tersebut berpotensi mendapatkan bantuan proyek fisik yang berhubungan dengan sanitasi berupa prasarana air dan perbanyak septic tank.
Syariful Alam sangat optimis Kampung Kesehatan akan mendapatkan bantuan proyek dari Kementerian tersebut. “Setahu saya bantuan itu nanti memang akan diswakelolakan oleh pihak kampung (desa) masing-masing karena dana dari pusat,” tukas mantan jurnalis ini.
Daya Winata Datok Kampung Suka Rahmat, Kecamatan Rantau pada momen itu juga mendapatkan penghargaan yang sama. Menurutnya penghargaan itu diberikan karena Kampung Suka Rahmat dinilai berhasil menjalankan pilar tahap ke-3 masalah sistem sanitasi. Proses ini turut melibatkan petugas Puskesmas, bidan desa dankader kesehatan Posyandu yang ada di kampung.
“Pilar tahap ke-3 yang sudah kita jalankan yaitu pemisahan air, pengolahan makanan dan minuman dan pemisahan sampah organik dan non organik. Namun masih ada tahapan lainnya yang sedang kami lakukan guna menciptakan kampung sehat terintegrasi oleh sanitasi yang baik,” ujar Daya Winata.
Sementara itu pada acara yang bertajuk “Peningkatan Kualitas Kesehatan” ini Wabup Insyafuddin menyatakan, BAB sembarangan bersinggungan dengan kesehatan lingkungan. Kontribusi penyehatan lingkungan terhadap pengentasan masalah stunting sangat besar dan berdampak.
Misalnya, ungkap Wabup, disatu keluarga tidak memiliki jamban yang layak dan sehat, dan mereka tidak menerapkan prilaku hidup sehat dan masih dalam satu keluarga memiliki bayi, namun mereka membuang kotoran sembarangan, hal itu akan menyebabkan lingkungan tidak sehat pula.
“Pengaruh tersebut akan berdampak langsung terhadap si bayinya. Kurangnya resiko stunting dan tercapainya sarana dan prasarana dalam menyediakan sanitasi adalah harapan kita bersama. Untuk mewujudkan itu semua penerapan pola hidup bersih dan sehat harus diterapkan sampai ke lapisan masyarakat terbawah,” imbau HT Insyafuddin saat membuka dua acara gawean Dinkes Aceh Tamiang tersebut. (mag-86)