Quote: Direktur Eksekutif The Aceh Institute, Dr. Fajran Zain
“Saya melihat pencalonnya Tgk Muharuddin sebagai calon Wakil Gubernur Aceh dari PNA, sebuah jalan untuk membuat roda pemerintahan stabil”
BANDA ACEH (RA) – Pembicaraan calon wakil Gubernur Aceh, tidak hanya di partai partai pendukung dan partai pengusung, namun juga bagaimana kehadiran seorang wakil yang mendampingi Nova Iriansyah di sisa jabatan 2017-2022 nyaman dan bisa kerjasama.
Direktur Eksekutif The Aceh Institute, Dr. Fajran Zain mengungkapkan, tidak mau ikut campur terlalu jauh kubu partai mana yang sah. Artinya kubu Irwandi atau Tiyong lewat Musyawarah Luar Biasa (KLB) beberapa waktu lalu di Bireuen.
“Saya melihat pencalonnya Tgk Muharuddin sebagai calon Wakil Gubernur Aceh dari PNA, sebuah jalan untuk membuat roda pemerintahan stabil,” jelas Fajran, Kamis (17/12).
Apalagi lanjutnya, komunikasi dengan legislatif dari partai terbanyak di DPRA sudah dibangun dari awal, di mana sebagai Wakil Gubernur Aceh pernah ditawarkan ke mualem lewat personal di partai Aceh.
“Karena Mualem atau Muzakir Manaf sebagai Ketua Partai Aceh tidak bersedia, maka ada pembicaraan nama Muharudddin dan Ermiadi yang sama sama kader partai Aceh,” jelas Dosen Psikologi UIN Ar- Raniry ini.
Dikatakan, dengan nama nama yang muncul dari kader Partai Aceh sebagai power sharing partai yang presentatif. “Selain itu, saya melihat ini untuk membidik maju periode kedua dengan menggandeng Partai Aceh,” ungkapnya.
Bila ini terjadi dan wakil Gubernur Aceh dari kader Partai Aceh, maka akan lebih seru pertarungan Pilkada bila tetap dijalankan pada tahun 2022.
“Paling tidak kita bisa melihat bagaimana suara pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh 2017-2022, di mana PA suaranya ikut di pengaruhi dari Mualem-Ta Kahlid, Zakaria Saman dan Zaini Abdulllah.
“Belum lagi Tarmizi A Karim yang menggandeng Sofyan Daud sebagai jubir. Kita tahu Sofyan Daud pernah masuk di jajaran Partai Aceh,” jelasnya.
Untuk itu, lanjutnya, dengan sisa jabatan perlunya kestabilan politik di Aceh dengan masuknya kader partai Aceh bersama Nova. “Memecah konsentrasi suara dipastikan terjadi bila wagub dari Aceh,” bebernya.
Bila dilihat pada 2017, suara Irwandi-Nova stagnan, tidak dengan suara partai Aceh sudah terbagi tidak seperti di tahun 2012-2017. (rus/min)