MEULABOH (RA) – Tiga hari usaha keras tim reaksi cepat BPBD Aceh Barat membuahkan hasil. Seluas 4 -5 hektar kebakaran hutan dan lahan gambut (karhutla) di Desa Suak Pante Breuh, Kecamatan Samatiga, berhasil dipadamkan.
“Mulai Jumat (6/2) kemarin kami tangani kebakaran itu, usai kami terima laporan masyarakat. Tim reaksi cepat siaga bersama dua armada untuk memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Suak Pante Breuh,” jawab Kepala Pelaksana BPBD Aceh Barat, Dr H Mukhtaruddin SSos MSi, Meulaboh, Selasa (8/2).
Penanganan karhutla di daerah tersebut, diakui Mukhtaruddin, memang sedikit rumit, selain disebabkan titik lokasi kebakaran jauh masuk ke hutan, juga kedalaman gambut mencapai 2-5 meter hingga membutuhkan air lebih banyak untuk proses pemadaman api.
Sementara titik asal api yang tergolong jauh memasuki ke dalam hutan gambut, menjadi faktor utama kendala pemadaman api tersebut.
“Ya, biar kebakaran tidak terus melebar mendekati area kebun dan perkampungan, tim reaksi cepat tetap siaga selama beberapa hari di lokasi, dengan hanya mengandalkan dua armada pemadam beserta sejumlah mesin pompa air,” perjelasnya.
Kerja keras petugas selama beberapa hari, membuahkan hasil. Senin (7/2) kemarin, kebakaran lahan gambut di Desa Suak Pante Breuh berhasil dipadamkan. “Alhamdulillah ada turun hujan, sehingga titik api yang tidak berhasil kami jangkau, berhasil padam,” urainya.
Berdasarkan laporan, Mukhtaruddin menjelaskan, kebakaran lahan gambut di Desa Suak Pante Breuh, mulai terjadi sejak Kamis (3/2) kemarin, hingga menyebabkan lahan perkebunan masyarakat setempat turut dibakar api.
“Makanya penduduk setempat panik dan kalang kabut mencari bantuan kesana-kemari. Terakhir, kami terima laporan dan langsung tangani secara serius,” kata Mukhtaruddin.
Selama Mukhtaruddin menjabat Kepala BPBD Aceh Barat, sejak tahun 2018 lalu, ia mengaku tetap konsisten dalam menjalankan tanggung jawab yang diberikan kepala daerah (Bupati) terhadap dirinya.
Apalagi Kabupaten Aceh Barat terkenal sebagai kawasan rawan bencana, seperti banjir, longsor, karhutla dan lainnya. “Ya, jika ada bencana terjadi, tidak ada istilah tidur nyenyak bagi kami BPBD,” pungkasnya. (den/bai)