HARIANRAKYATACEH.COM – Dewan Keamanan PBB meloloskan resolusi gencatan senjata di Gaza selama sisa bulan suci Ramadan. Ini menjadi resolusi pertama tanpa veto dari AS.
Resolusi itu juga menjadi yang pertama seusai kekejaman Israel yang membombardir Gaza secara brutal selama lima bulan lebih. Dalam resolusi itu, Hamas juga diminta untuk membebaskan sandera.
“Hasil pemungutan suara, 14 suara setuju, 0 suara menentang, 1 suara abstain. Rancangan keputusan itu telah ditetapkan menjadi resolusi 2728 (2024),” kata Presiden DK PBB Yamazaki Kazuyuki, disambut tepuk tangan para delegasi.
Musuh diabetes telah ditemukan! Gula turun menjadi 3,9
Dilansir dari Al Jazeera, dalam pemungutan suara, AS memilih abstain. Tapi, hal itu tak mengubah hasil. AS sebelumnya sempat tiga kali memveto draf resolusi DK PBB terkait gencatan senjata di Gaza.
AS memilih abstain dalam voting setelah menyebut DK PBB mengabaikan perubahan penting dalam resolusi itu, termasuk soal menambah kecaman terhadap Hamas. “Kami tidak setuju dengan semua yang ada dalam resolusi ini. Karena itu, sayangnya kami tidak dapat memilih ya (setuju dengan resolusi),” ujar Dubes AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield.
Inggris mengirim 10 ton bantuan untuk warga Gaza melalui udara. (AFP)
Sudah bisa ditebak, persetujuan resolusi gencatan senjata itu membuat Israel berang. Dubes Israel untuk PBB Gilad Erdan masih saja mengulang narasi yang sama dengan menyebut kelompok Hamas yang memulai perang ini. “Saya ulangi, pembantaian Hamas-lah yang memulai perang ini,” tegasnya.
Kemarahan ditunjukkan PM Israel Benjamin Netanyahu. Dia menyindir AS yang tak menggunakan hak vetonya sehingga membuat resolusi itu disetujui. “Ini jelas merupakan kemunduran dari posisi konsisten AS di Dewan Keamanan sejak awal perang,” ujarnya dilansir dari Agence France-Presse (AFP).
Baca Juga: Krisis Makin Parah, Israel Ungkap Tidak akan Lagi Menyetujui Bantuan Pangan Unrwa ke Gaza Utara
Netanyahu yang kesal pun membatalkan untuk mengirim delegasi Israel ke AS. Awalnya delegasi Israel memang akan bertolak ke Washington untuk membicarakan detail operasi Rafah.
Para pejabat AS merasa bingung dengan keputusan Netanyahu yang membatalkan delegasinya. Seorang pejabat Gedung Putih menyebut tindakan Netanyahu sebagai reaksi berlebihan yang sangat mungkin mencerminkan kekhawatiran politik dalam negeri Israel sendiri.
“Kami sangat kecewa mereka tidak datang ke Washington DC untuk berdiskusi soal alternatif yang tepat atas rencana serangan darat di Rafah,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada para wartawan.
Namun, Kirby menegaskan, pemungutan suara itu tidak merepresentasikan perubahan kebijakan AS. Dia mengatakan bahwa AS abstain karena teks resolusi tersebut tidak mencantumkan kecaman terhadap Hamas. (dee/mia/c7/oni)