RAKYAT ACEH | LHOKSEUMAWE – Inisiator Lhokseumawe Club (ILC) melakukan diskusi tentang advokasi, investigasi dan pengorganisiran terkait berbagai masalah di Kota Lhokseumawe.
Diskusi tersebut berlandaskan dengan tema “Melihat Lebih Dalam Keresahan Dan Permasalahan Kota Lhokseumawe”, yang berlangsung di The Brezze, Kota Lhokseumawe, Rabu (12/6/2024).
Founder ILC, Rahmad Baihaqi menyampaikan, diskusi ini mengulas dan mengupas tentang berbagai isu permasalahan di Kota Lhokseumawe.
Salah satunya adalah mengenai persoalan pemerataan pembangunan di berbagai sektor, seperti sektor ekonomi, kemiskinan, pelayanan publik, keamanan, infrastruktur, pendidikan, lingkungan hidup, dan olahraga. Masalah tersebut menjadi sorotan karena berkaitan dengan hak seluruh masyarakat Lhokseumawe untuk mendapatkan kesetaraan pembangunan.
“Seluruh elemen masyarakat harus mampu untuk menentukan siapa yang benar-benar mereka butuhkan dan mampu menjawab permasalahan Kota Lhokseumawe. Salah satu strateginya adalah masyarakat harus melihat sejauh apa sosok-sosok calon pemimpin ini menguasai permasalahan dan pendekatan seperti apa yang ditawarkan,” terang Rahmad Baihaqi.
Founder ILC, Dedy Maulana menyampaikan bahwa pihaknya terbentuk atas kesadaran dan keresahan, Inisiator Lhokseumawe Club ini adalah gerakan swadaya untuk menumbuhkan semangat anak muda agar kembali peduli dengan perkembangan Kota Lhokseumawe.
“Gerakan ILC merupakan langkah fundamental untuk merajut seluruh stakeholder agar punya spirit yang sama mencari solusi dari keresahan terhadap Kota Lhokseumawe,”ujarnya.
Acara dilaksanakan dengan format Focus Group Discussion (FGD) menghadirkan tiga pemantik diskusi dari praktisi, akademisi dan LSM yaitu Tgk. Yusdedi (Ketua Majelis Adat Aceh), Ayi Jufridar (Anggota Panwaslih Lhokseumawe), Ibnu Sina, S.P. (Ketua Yara Lhokseumawe) dan dipandu moderator Royhan S.T.
Diskusi publik menghadirkan berbagai elemen-elemen masyarakat, Pemuda dan Mahasiswa di Kota Lhokseumawe seperti Lintas BEM pase, Lintas OKP atau Cipayung Plus Lhokseumawe, Lintas komunitas motor, Forum Bank Sampah, pengusaha, mahasiswa, pegiat budaya, dan media.
Ketua Majelis Adat Aceh (MAA), Tgk Yusdedi mengatakan, meskipun kita semua berbeda pendapat tentang beberapa hal, tetapi kita juga mempunyai pemikiran yang sama.
Dikarenakan untuk membangun Kota Lhokseumawe membutuhkan persatuan dari segala elemen masyarakat dan anak muda. Itu hal mutlak yang tak bisa ditawar, sehingga kita semuanya harus menginterprestasikan. Bahwa membangun Lhokseumawe ini tidak cukup hanya 5 tahun saja, butuh waktu yang panjang.
“Maka dari itu perbedaan pendapat dan pilihan diantara kita itu sah-sah saja, yang penting persatuan antar sesama anak bangsa harus selalu kita jaga bersama,” pungkasnya.
Sementara itu, Anggota Panwaslih Lhokseumawe, Ayi Jufridar, menilai arah sistem pembangunan di Lhokseumawe harus lebih konsisten serta terintegrasi dari Kota sampai ke gampong. Karena dalam pembangunan di seluruh wilayah harus adil dan harus merata tanpa pengecualian.
Pemerataan pembangunan di Lhokseumawe ada beberapa isu-isu aktual dalam perspektif ekonomi kerakyatan dan pemerataan pembangunan. Isu aktual tersebut antara lain, insfrastruktur, kemiskinan, penataan sektor informal, gampong kreatif, daya saing UMKM dan pasar tradisional. Selain itu perlu adanya keberlanjutan program-program yang sudah ada.
Ketua Yasasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) Lhokseumawe, Ibnu Sina S.P. menyampaikan anak muda harus berani melawan, dikarenakan anak muda masih memiliki spirit untuk mengimplementasikan ilmu advokasinya. Apalagi, Kota Lhokseumawe mempunyai 1001 permasalahan.
“Salah satunya masalah persampahan menjadi isu yang paling disorot. Dibutuhkan kebijakan yang komprehensif untuk mengatasi masalah ini yang tidak hanya bertumpu pada infrastruktur dan teknologi melainkan juga menekankan pada perubahan mindset dan perilaku. Soal sampah ini perlu pemimpin yang berani mengeluarkan regulasi ketika ada masalah,” kata Ibnu Sina.
Moderator ILC, Royhan S.T. mengajak semua pihak untuk sejenak berkontemplasi, melihat Lhokseumawe bangkit kembali dan ini bukan hanya mimpi atau bahkan sekedar halusinasi. “Ini tempat kita bernarasi dalam bentuk kolaborasi tentunya untuk menghasilkan episentrum dari sebuah solusi,”ucapnya.
Menurut dia, Kota Lhokseumawe ini tidak akan pernah runtuh dengan perbedaan pendapat.
“Akan tetapi, kota ini akan runtuh jika kita tidak boleh lagi untuk berbeda pendapat. Oleh karena itu, Inisiator Lhokseumawe Club (ILC) hadir sebagai wadah yang percaya, bahwa dibalik semua keresahan masih tersisa secerca harapan untuk Kota Lhokseumawe dimasa depan,”terangnya, dalam keterangannya kepada Rakyat Aceh kemarin. (arm/ra)