Oleh : Tgk. Arika Amalia,S.Pd*
Muharram adalah bulan yang sangat mulia, sebagai bulan yang agung Muharram memiliki banyak sekali keistimewaan, dan banyak sekali amalan yang dapat dikerjakan dalam bulan tersebut, diantara amalan yang paling utama ialah puasa sunah Muharram.
Kesunahan puasa di bulan Muharram didasarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah: Artinya: Seseorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?’ Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram. (HR Ibnu Majah)
Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan sebagai berikut: Artinya: Puasa yang paling utama setelah Ramadhan ialah puasa di bulan Allah, Muharram.
Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam An-Nawawi mengatakan, hadits ini menjadi dalil keutamaan puasa muharram.
Histori sejarah membuktikan betapa mulianya bulan Muharram sehingga pada masa Rasulullah Saw Ketika memasuki bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab semua perperangan dihentikan dengan gencatan senjata, kecuali diserang langsung oleh musuh, hal ini dilakukan sebagai bentuk memuliakan bulan Muharram. Sebagaimana dalam Surat Al-Baqarah ayat ; 194 yang artinya : Bulan haram dengan bulan haram, dan (terhadap) sesuatu yang dihormati berlaku (hukum) qisas. Oleh sebab itu barangsiapa menyerang kamu, maka seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa (QS Al-Baqarah [2]: 194).
Ayat tersebut menjelaskan tentang keutamaan bulan Muharram.
Dalam konteks kekinian sebagian generasi masih belum tahu, bahkan masih binggung dengan istilah Muharram, Lantas siapa yang harus disalahkan, tahun baru sendiri kita sebagai umat Islam tidak kita ketahui, sangat disayangkan.
Melihat kondisi saat ini banyak sekali generasi bahkan anak-anak usia dini tidak bisa menghafal bulan-bulan kelender Hijriah, mereka lebih mengenal dan menghafal kelender masehi, hal ini perlu dibenahi, karena berefek besar bagi diri mereka.
sebagai generasi pemuda Islam, kita wajib mengenal dan mengetahui histori sejarah bulan Muharram karena banyak sekali nilai pelajaran dan amalan yang terkandung dalam bulan mulia tersebut, sebagai generasi kita juga perlu tau sejarah dan mengamalkan nilai-nilai amalan dalam bulan Muharram.
Dalam penerapan nilai sejarah, bukan hanya tentang Muharram saja banyak sejarah lain yang harus ditanamkan dalam jiwa generasi muda, Supaya kekokohan nilai Agama lebih terjamin, dan menjadi generasi yang mampu mempertahankan nilai sejarah keislaman.
Nilai histori yang harus ditanamkan adalah :
Sebagai generasi kita harus tahu histori bulan Muharram, Menurut riwayat para ulama pakar tarikh yang masyhur, tarikh Islam mula-mula ditetapkan oleh Umar bin Khattab Ra ketika ia menjadi khalifah pada tahun 17 Hijriyah. Menurut kisahnya, hal ini terjadi disebabkan pada suatu hari, Umar menerima sepucuk surat dari sahabatnya, Abu Musa Al-Asy’ari Ra tanpa dibubuhi tanggal dan hari pengirimannya. Hal itu menyulitkan bagi Umar untuk menyeleksi surat yang mana terlebih dahulu harus diurusnya, sebab ia tidak menandai antara surat yang lama dan yang baru. Oleh sebab itu, Umar mengadakan musyawarah dengan orang yang terpandang dikala itu untuk membicarakan serta menyusun masalah tarikh Islam.
Nilai keistimewaan :
Menelisik histori keutamaan bulan Muharram dimana Allah Swt memberi pertolongan kepada Nabi Musa As dan kaumnya dari kezaliman dan kekejaman Fir’aun dan tentaranya. Allah juga telah menyelamatkan Nabi Nuh As Dan kaumnya dari banjir bandang. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 10 Muharam. Maka sebagai rasa syukurnya kepada Allah yang telah menyelamatkannya dari mara bahaya, Nabi Musa As dan Nabi Nuh As berpuasa pada hari tersebut. Semua histori ini harus kita tanamkan dalam jiwa generasi.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Bulan Muharam termasuk salah satu bulan yang dimuliakan Allah. Oleh karena itu, jika seseorang berbuat dosa pada bulan-bulan itu akan lebih besar dan lebih jelas balasannya dari pada bulan-bulan yang lain, laksana maksiat di tanah haram juga akan berlipat dosanya, sebagaimana firman Allah, ”Dan siapa yang bermaksud di dalamnya malakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih.” (QS. Al-Hajj: 25)
Lantas kenapa kita selalu membersar-besarkan tahun baru yang bukan milik kita, sedangkan kita malu merayakan punya sendiri. Maka jadikan momentum tahun baru Islam sebagai tahun pembekalan nilai sejarah bagi generasi.
*Penulis adalah Anggota DPW ISAD Aceh Barat, Ketua umum Forum Santri Aceh Barat FOSBAR, dan Staf Lajnah Bahatsul Masael LBM MUDI