class="post-template-default single single-post postid-129346 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
Ilmuwan Berhasil Kembangkan Otak Simpanse Tercanggih Ratusan Tenaga Non-ASN Desak Diangkat P3K Penuh Waktu DPR Aceh Segera Panggil BKA PNL dan PGE Sepakat Pengembangan SDM Migas Unggul Pj Wali Kota dan Kapolres Lhokseumawe Ikut Vicon Rakor Ketahanan Pangan 2025 Ratusan Tenaga Kesehatan R2 dan R3 Geruduk Kantor Bupati Bireuen

OPINI · 27 Dec 2024 06:30 WIB ·

Menata ISBI Aceh 2025 Menuju Institusi Pendidikan Seni Berstandar Internasional


 Menata ISBI Aceh 2025 Menuju Institusi Pendidikan Seni Berstandar Internasional Perbesar

Oleh : Ichsan MSn, Dosen ISBI Aceh

Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh memiliki posisi strategis dalam pengembangan seni dan budaya di Nusantara, khususnya di Aceh, yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai lokal.

Didirikan sebagai wadah untuk melestarikan, mengembangkan, dan mempromosikan seni budaya, ISBI Aceh terus menghadapi tantangan besar untuk menjadi institusi pendidikan seni yang tidak hanya relevan di tingkat lokal tetapi juga mampu bersaing di panggung internasional.

Seiring dengan perubahan zaman, kebutuhan akan pendidikan seni yang berorientasi global semakin meningkat. Transformasi ini membutuhkan langkah-langkah strategis yang terencana dan menyeluruh. Tahun 2025 dapat menjadi momentum penting bagi ISBI Aceh untuk memperkuat posisinya sebagai institusi pendidikan seni berstandar internasional, sambil tetap menjaga identitas budaya lokal yang menjadi jati dirinya.

Sebagai institusi pendidikan seni yang tergolong baru dibandingkan dengan perguruan tinggi seni lainnya di Indonesia, ISBI Aceh menghadapi sejumlah tantangan besar. Pertama, keterbatasan infrastruktur dan fasilitas pendukung. Laboratorium seni, studio, galeri, serta peralatan pendukung pembelajaran seni dan budaya seringkali belum memadai untuk mendukung proses pendidikan berkualitas tinggi.

Kedua, sumber daya manusia (SDM) juga menjadi tantangan berikutnya. Pengembangan tenaga pengajar yang kompeten di bidang seni tradisional maupun modern masih membutuhkan perhatian lebih. Selain itu, kolaborasi dengan seniman lokal dan internasional perlu lebih ditingkatkan agar mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar yang luas dan beragam.

Ketiga, kurikulum yang ada perlu disesuaikan dengan kebutuhan global. Saat ini, banyak institusi pendidikan seni di dunia telah mengintegrasikan teknologi digital, manajemen seni, serta pendekatan interdisipliner dalam kurikulumnya. ISBI Aceh harus mampu menjawab tantangan ini tanpa meninggalkan akar budaya Aceh yang menjadi keunggulannya.

Keempat, kurangnya eksposur seni Aceh di tingkat internasional. Meskipun Aceh memiliki kekayaan seni dan budaya yang luar biasa, seperti tarian Saman, Ratoh Jaroe, dan musik tradisional Seudati, namun kehadirannya di panggung internasional masih terbatas. ISBI Aceh harus menjadi motor penggerak untuk mempromosikan seni Aceh ke dunia.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, ISBI Aceh perlu menetapkan visi strategis menuju tahun 2025. Salah satu visi yang relevan adalah menjadi institusi pendidikan seni dan budaya yang berstandar internasional dengan fokus pada pelestarian dan inovasi seni tradisional Aceh. Visi ini dapat diwujudkan melalui tiga pilar utama: penguatan akademik, pengembangan infrastruktur, dan internasionalisasi.
Kurikulum ISBI Aceh seyogyanya harus dirancang untuk tidak hanya melestarikan seni tradisional, tetapi juga mendorong inovasi yang relevan dengan kebutuhan zaman. Pendekatan berbasis interdisipliner, seperti integrasi teknologi digital dalam seni, manajemen seni budaya, dan pengembangan industri kreatif, dapat menjadi langkah awal.

ISBI Aceh juga perlu memperkuat program penelitian seni budaya yang mendalam dan berbasis komunitas. Dengan demikian, ISBI dapat menjadi pusat studi seni Aceh yang unggul. Publikasi hasil penelitian di jurnal internasional, partisipasi dalam konferensi seni global, serta kolaborasi dengan universitas seni terkemuka di dunia dapat memperkuat posisi akademiknya.

Selain itu, program pengabdian masyarakat yang melibatkan mahasiswa dan dosen dalam pelestarian seni tradisional di komunitas lokal akan memperkuat hubungan antara kampus dan masyarakat. Hal ini juga memberikan pengalaman praktis yang berharga bagi mahasiswa.

Selain itu, infrastruktur adalah fondasi penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. ISBI Aceh harus memastikan ketersediaan fasilitas yang memadai, seperti studio tari, ruang pertunjukan, perpustakaan seni, serta laboratorium digital untuk seni visual dan media. Pembangunan galeri seni yang representatif dapat menjadi ruang bagi mahasiswa, dosen, dan seniman lokal untuk memamerkan karya mereka. Galeri ini juga dapat menjadi tempat bertemunya seni tradisional dan kontemporer, sehingga memicu dialog budaya yang produktif.

Penggunaan teknologi modern, seperti virtual reality (VR) dan augmented reality (AR), juga dapat diintegrasikan untuk menghadirkan pengalaman seni yang inovatif. Misalnya, tur virtual museum seni Aceh atau simulasi interaktif untuk belajar tarian tradisional dapat menarik minat generasi muda yang akrab dengan teknologi.

Langkah penting menuju standar internasional adalah internasionalisasi. ISBI Aceh perlu memperkuat kemitraan dengan institusi seni internasional untuk pertukaran mahasiswa dan dosen, kolaborasi penelitian, serta partisipasi dalam festival seni dunia. Program pertukaran budaya juga dapat menjadi jembatan untuk memperkenalkan seni Aceh ke komunitas global. Mahasiswa dan dosen ISBI Aceh dapat mengadakan pameran seni, pertunjukan tari, atau lokakarya di luar negeri untuk mempromosikan keindahan budaya Aceh.

Sebuah keniscayaan bahwa ISBI Aceh perlu membuka program studi internasional yang diajarkan dalam bahasa Inggris. Dengan demikian, mahasiswa dari berbagai negara dapat belajar seni Aceh sekaligus memperkaya perspektif budaya di kampus.

Peran pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam mendukung transformasi ISBI Aceh. Pemerintah daerah dan pusat perlu memberikan dukungan anggaran yang memadai untuk pengembangan infrastruktur, penelitian, dan program internasionalisasi.

Selain itu, masyarakat lokal juga perlu dilibatkan secara aktif dalam proses ini. ISBI Aceh dapat menjadi jembatan antara tradisi lokal dan inovasi modern dengan memberdayakan komunitas seni tradisional. Kemitraan dengan seniman lokal dalam pelatihan dan pementasan seni dapat memperkuat keberlanjutan seni tradisional di tengah arus modernisasi.

Dengan potensi yang dimilikinya, ISBI Aceh tidak hanya dapat menjadi institusi pendidikan seni berstandar internasional, tetapi juga menjadikan Aceh sebagai pusat seni dan budaya Nusantara. Seni dan budaya Aceh memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh daerah lain, dan ini adalah modal besar untuk menciptakan daya tarik di tingkat nasional dan internasional.

Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan kerja keras, kolaborasi, dan visi yang jelas. Semua pihak, mulai dari pengelola kampus, mahasiswa, dosen, pemerintah, hingga masyarakat, harus bersinergi untuk mencapai tujuan besar ini.

Tahun 2025 adalah target yang ambisius tetapi bukan tidak mungkin untuk dicapai oleh ISBI Aceh. Dengan strategi yang terarah, komitmen dari seluruh pihak, serta fokus pada penguatan akademik, pengembangan infrastruktur, dan internasionalisasi, ISBI Aceh dapat melangkah menuju masa depan sebagai institusi pendidikan seni berstandar internasional.

Melalui upaya ini terkhusus dibawah kepemimpinan Prof Dr Wildan MPd yang tersisa 2 tahun lagi, ISBI Aceh tidak hanya akan melahirkan generasi seniman dan budayawan yang unggul, tetapi juga memperkuat identitas seni dan budaya Aceh di panggung dunia. Mari kita bersama-sama mendukung ISBI Aceh dalam misinya untuk membawa seni Aceh ke era baru yang lebih gemilang.

Artikel ini telah dibaca 45 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Menanti Kedatangan Simbol Kebudayaan RI; Fadli Zon, di ISBI Aceh

8 January 2025 - 07:55 WIB

Refleksi 20 Tahun Pasca Tsunami: Menata Kembali Seni dan Budaya yang Hilang

5 January 2025 - 06:26 WIB

Revisi Konsep Kemiskinan dalam Ekonomi Islam

27 December 2024 - 14:57 WIB

Mewujudkan Kedaulatan Pangan  Berkelanjutan  

23 December 2024 - 12:44 WIB

Mengapa Harus TARSA?

18 November 2024 - 06:08 WIB

Surat Terbuka Santri Kepada Abati Tercinta: Kami Sayang Abati, Pulanglah..!

1 November 2024 - 23:09 WIB

Trending di OPINI