RAKYAT ACEH | BANDA ACEH – Museum Tsunami Aceh, bekerja sama dengan Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIC), secara resmi meluncurkan Pameran foto bertema “Setelah Gelombang Reda” di Museum Tsunami, Banda Aceh, Kamis (6/2).
Pameran foto ini mengabadikan perjalanan pemulihan yang mendalam, mulai dari kehancuran akibat bencana pada 26 Desember 2004 hingga upaya rekonstruksi yang dilakukan setelahnya. Melalui gambar-gambar yang kuat, pameran ini menceritakan kisah tentang bertahan hidup, solidaritas, dan pembaruan.
Kepala Dinas Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal menyebutkan, kerjasama antara UNIC dan Museum Aceh diperlukan dalam memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat.
“Teman-teman UN terus membantu Aceh. Konteks bantuan hari ini jelas beda dengan bantuan diberikan dahulu. Sekarang ini berbentuk pengetahuan terkait kebencanaan dengan pameran foto,” ujar Almuniza.
Direktur Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIC) Jakarta, Miklos Gaspar, menegaskan bahwa pameran ini mencerminkan aksi kolektif yang membentuk pemulihan Aceh.
“Pasca-tsunami, dunia bersatu untuk membantu Aceh bangkit. Melalui foto-foto ini, kita melihat bagaimana UNICEF memastikan anak-anak tetap dapat belajar, bagaimana UNDP berperan dalam membangun kembali infrastruktur, bagaimana UNESCO memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana, serta bagaimana berbagai badan PBB berkontribusi dalam memulihkan layanan kesehatan dan mata pencaharian.
Pameran ini bukan hanya penghormatan terhadap upaya tersebut, tetapi juga pengingat akan pelajaran yang telah kita peroleh untuk meningkatkan respons kemanusiaan di masa depan,” ujar Gaspar.
Pameran ini menyoroti peran penting yang dimainkan oleh berbagai badan PBB dalam mendukung pemerintah Indonesia, baik dalam respons darurat maupun upaya rekonstruksi jangka panjang.
Lembaga-lembaga seperti ILO, IOM, UN-Habitat, UNDP, UNFPA, UNESCO, UNHCR, UNICEF, UNOCHA, UNOPS, WFP, dan WHO bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, organisasi lokal, serta relawan dalam memulihkan kehidupan dan komunitas yang terdampak.
Usai membuka secara resmi pameran foto di Museum Tsunami, Miclos juga berkunjung ke beberapa situs peninggalan Tsunami Aceh seperti kuburan masal di Ulee Lheue dan monumen kapal diatas rumah di Lampulo.
Disamping itu, Kepala Museum Tsunami Aceh, Syahputra Azwar, dalam sambutannya menekankan pentingnya pameran ini dalam menjaga ingatan kolektif dan mendidik generasi mendatang.
Pameran ini adalah bukti dari semangat kolaborasi yang telah terjalin sejak proses pemulihan Aceh pasca-tsunami,” ujar Putra.
Ia menegaskan pameran ini bukan sekadar dokumentasi sejarah, tetapi juga pengingat akan pentingnya solidaritas global dalam menghadapi bencana.
“Kami berharap masyarakat, khususnya generasi muda, dapat memperoleh pelajaran berharga dari perjalanan pemulihan Aceh. Setiap foto yang ditampilkan tidak hanya menangkap momen dalam sejarah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana di masa depan,” jelas Putra. (mag-03/ra)