RAKYAT ACEH | BANDA ACEH – Yayasan Apel Green Aceh mendesak pemerintah dan pihak terkait untuk segera melakukan audit lingkungan menyeluruh terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1 dan 2 di Nagan Raya, Sabtu (28/12).
Direktur Yayasan Apel Green Aceh, Rahmad Syukur menyampaikan operasional PLTU telah menciptakan ancaman serius terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Ia mengatakan, banyak warga dilaporkan menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), bahkan sebagian sudah menggunakan alat bantu pernapasan.
“Berdasarkan data dan wawancara langsung dengan masyarakat, banyak warga yang mengalami ISPA akibat kualitas udara yang buruk. Bahkan, beberapa di antaranya sudah menggunakan alat bantu pernapasan. Debu batu bara, terutama pada malam hari, menjadi masalah utama yang sangat dirasakan oleh penduduk setempat,” jelas Syukur, dalam Diskusi bersama Jurnalis dan Jaringan Masyarakat Sipil dengan tema, “Media Briefing: Dampak Lingkungan Operasional PLTU 1 dan 2 di Nagan Raya serta Urgensi Tindakan Mitigasi”, yang digelar di Escape Green Bistro Cafe, Banda Aceh, Sabtu (28/12).
Ia juga menyampaikan bahwa dampak operasional PLTU juga berimbas pada aspek ekonomi masyarakat setempat. Di mana kebisingan dan debu yang dihasilkan telah mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat, seperti pedagang makanan.
“Beberapa pedagang mengeluhkan penurunan jumlah pembeli, karena masyarakat enggan makan di area yang terpapar debu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Syukur juga mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menyelidiki kemungkinan penggunaan sumber biomassa dalam proses co-firing di PLTU yang berasal dari hasil perambahan hutan ilegal. Karena jika terbukti benar, praktik ini dikhawatirkan dapat berpotensi memperparah kerusakan lingkungan di kawasan sekitar.
Untuk mengatasi persoalan ini, Apel Green Aceh menggagas audit lingkungan secara menyeluruh, di mana pihaknya menargetkan terciptanya kolaborasi lintas elemen dalam pemantauan bersama yang melibatkan pemerintah, mahasiswa, media, koperasi, serta tim PPLH sebagai penilai dan verifikator AMDAL.
Ia berharap, persoalan tersebut nantinya dapat dilihat dari berbagai perspektif, bukan hanya dari sisi masyarakat atau perusahaan, melainkan mencakup pandangan dari semua pihak yang terlibat.
Yang mana pada akhirnya, audit lingkungan yang akan dilakukan diharapkan menjadi dokumen komprehensif yang merepresentasikan kontribusi seluruh pihak, sehingga menghasilkan solusi kolektif yang dapat mengatasi permasalahan lingkungan secara efektif. (mag-01)