class="post-template-default single single-post postid-17240 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
BKN Pangkas Anggaran BBM Hingga Daya Listrik Penembakan Massal di Sekolah Orebro Swedia Tewaskan 10 Orang 13 Toko dan 11 Unit Rumah di Bandar Baru Terbakar ISBI Aceh dan Pemkab Aceh Timur Sepakat Kolaborasi Pendidikan Seni Budaya Bersama MK Tolak Gugatan Pilkada Lhokseumawe, Saatnya Bersatu Untuk Kota Lhokseumawe

INTERNASIONAL · 20 Jan 2019 07:50 WIB ·

15 Anak Pengungsi Syria Tewas Akibat Suhu Dingin Ekstrem


 Utusan PBB untuk urusan anak-anak, Geert Cappelaere mengatakan, cuaca ekstrem ini mengancam anak-anak dan kaum rentan seperti lansia dan disabilitas (ACT) Perbesar

Utusan PBB untuk urusan anak-anak, Geert Cappelaere mengatakan, cuaca ekstrem ini mengancam anak-anak dan kaum rentan seperti lansia dan disabilitas (ACT)

Harianrakyataceh – com – Bagi anak-anak di negeri tropis, termasuk di Indonesia, suhu dingin yang datang setelah cuaca ekstrem, tak terlalu menjadi masalah berarti. Masih ada tempat berlindung yang nyaman, selimut yang tebal, bahkan memiliki fasilitas cukup untuk menghangatkan tubuh.

Tapi nasib yang sama tidak dirasakan bagi jutaan pengungsi Syria yang menghadapi musim dingin. Di sana tak ada tempat berlindung yang nyaman, tak ada selimut yang tebal, bahkan tak ada fasilitas untuk menghangatkan tubuh mereka yang semakin lemah di kamp pengungsian dengan segala keterbatasannya.

Angka penunjuk suhu di bawah 10 derajat celsius, kini tengah membekukan sejumlah kamp pengungsian warga Syria. Musim dingin berlaku sama, baik itu di wilayah Syria, maupun di wilayah-wilayah tempat pengungsi Syria melarikan diri di sekitar Timur Tengah lainnya.

syria, pengungsi syria, perang syria,Angka penunjuk suhu di bawah 10 derajat celsius, kini tengah membekukan sejumlah kamp pengungsian warga Syria (UNICEF)

Salah satunya adalah Jordan, negara tetangga Syria yang menampung 1,4 juta pengungsi Syria. Merujuk penanda suhu di laman Accuweather.com, suhu malam di Jordan bisa turun mendekati titik beku. Dengan terpal tipis ala kadarnya di kamp pengungsian, kondisi ini bagaikan maut yang menunggu di depan mata, terlebih bagi anak-anak.

Utusan PBB untuk urusan anak-anak, Geert Cappelaere mengatakan, cuaca ekstrem ini mengancam anak-anak dan kaum rentan seperti lansia dan disabilitas. “Suhu yang membeku dan kondisi kehidupan yang keras di kamp pengungsian Rukban membahayakan nyawa anak-anak, para lansia dan disabilitas,” ujarnya seperti dilansir ACT.

Kamp Rukban adalah kamp pengungsian Syria yang padat di sebelah Selatan Syria dekat dengan perbatasan Jordan. Kabar terkini dari Kamp Rukban, delapan orang anak-anak pengungsi Syria wafat di kamp ini karena sakit yang disebabkan suhu dingin ekstrem.

Kabar duka juga datang dari kamp lain bernama Hajin, wilayah eskalasi perang di sebelah utara dari Kamp Rukban, juga dekat dengan perbatasan Jordan. Di lokasi ini tujuh anak-anak pengungsi Syria wafat, juga karena suhu dingin yang membeku.

Sampai laporan ini diunggah, setidaknya 15 anak pengungsi Syria meninggal dunia akibat cuaca ekstrem yang terus berlanjut hingga Kamis (17/1). Mengutip Telegraph, belasan anak-anak Syria yang wafat karena cuaca dingin itu, kronologi kejadiannya hanya terjadi dalam rentang sebulan terakhir. Mayoritas dari mereka berusia di bawah empat bulan, dan yang termuda hanya berusia satu jam setelah kelahiran.

“Keluarga yang mencari keselamatan dari wilayah pertempuran Hajin menghadapi kesulitan meninggalkan zona konflik dan menunggu dalam cuaca dingin selama berhari-hari tanpa tempat berlindung atau pasokan dasar,” kata Cappelaere. Menurut catatan PBB, lebih dari 10.000 orang telah meninggalkan daerah kantong pertempuran Hajin sejak Desember kemarin.

Dikhawatirkan angka kematian pengungsi Syria, khususnya anak-anak akan terus bertambah jika bantuan musim dingin tidak segera tersalurkan. Mengingat musim dingin masih akan berlangsung paling tidak sampai awal Maret mendatang.

Bantuan musim dingin dari ACT untuk Pengungsi Syria

Sementara itu, di bulan Desember 2018 kemarin, Global Humanity Response (GHR) – Aksi Cepat Tanggap  mendistribusikan bantuan musim dingin kepada pengungsi Syria yang berada di Idlib dan Aleppo. Puluhan ribu liter bahan bakar dibagikan selama bulan Desember.

Selama jangka waktu tersebut, sebanyak 24.500 liter bahan bakar diberikan untuk 555 keluarga atau sekitar 3.300 jiwa yang berada di dua wilayah kamp terbesar itu.

Basheer, salah seorang relawan ACT yang bertanggung jawab untuk distribusi bantuan bahan bakar di Idlib menyampaikan, betapa bersyukurnya masyarakat Syria yang menerima bantuan itu.

Ucapan terima kasih mendalam untuk masyarakat Indonesia terlontar, tatkala mengangkat jeriken berisi bahan bakar. Menurut Basheer, mereka menghadapi masa paling sulit di kamp penampungan setiap kali musim dingin datang.

“Masih banyak di antara mereka yang menderita sakit karena kedinginan, ditambah terbatasnya daya beli bahan bakar untuk menghangatkan kamp pengungsian. Namun, sekarang setidaknya mereka sudah sedikit merasa hangat, semua berkat ACT dan masyarakat Indonesia. Saya pun berterima kasih,” tutur Basheer.

Selain bantuan bahan bakar, ACT juga mendistribusikan pemanas ruangan. Di Idlib, ratusan pemanas ruangan telah dibagikan kepada mereka yang tinggal di kamp-kamp pengungsian. Jika dihitung, setara dengan 648 jiwa telah merasakan hangatnya bantuan musim dingin yang diinisiasi oleh ACT.

Editor           : Dyah Ratna Meta Novia

Artikel ini telah dibaca 13 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Penembakan Massal di Sekolah Orebro Swedia Tewaskan 10 Orang

5 February 2025 - 14:55 WIB

Pesawat Ambulan AS jatuh di Philadelphia, Tidak Ada Korban Selamat

2 February 2025 - 07:02 WIB

Hamas Bahas Pembentukan Pemerintahan Persatuan Nasional Gaza

30 January 2025 - 15:17 WIB

Qatar: Solusi dua negara satu-satunya jalan menjamin hak Palestina

29 January 2025 - 06:48 WIB

Donald Trump Benarkan Sekitar 907 KG Bom MK-84 Dalam Perjalanan Ke Israel

27 January 2025 - 15:15 WIB

Lebih Dari Seribu Truk Bantuan Sudah Dikirim ke Gaza Sejak Perlintasan Rafah Dibuka

23 January 2025 - 17:08 WIB

Trending di INTERNASIONAL