SITUASI jalur Gaza, Palestina masih sangat mencekam. Apalagi baru beberapa hari lalu serangan roket tentara Israel ke pusat kota Gaza telah mensyahidkan puluhan warga, perempuan, dan anak-anak. Termasuk menghancurkan sejumlah pemukiman penduduk dan menyasar kantor media.
LAPORAN, ABI DANISH
Daerah perbatasan Gaza-Israel telah memanas sejak Maret 2018, tepatnya ketika warga Palestina menggelar aksi bertajuk Great March of Return alias Gerakan Pulang Akbar. Namun kondisi itu tidak menyurutkan niat Mahyaruddin Yusuf, seorang putra Aceh untuk bergabung dalam misi kemanusian menuju ke Palestina.
Mantan anggota DPR Aceh dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini baru saja kembali dari Gaza untuk mengantarkan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina.
Mahyaruddin Yusuf merupakan Ketua Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Provinsi Aceh. KNRP adalah salah satu lembaga kemanusiaan yang peduli terhadap permasalahan masjid Al Aqsha dan isu kemanusiaan di Palestina. Di sela – sela acara buka puasa bersama Masyaikh Palestina di Hotel Kyriad Muraya Banda Aceh, Senin, 20 Mei 2019, ia berbagai pengalaman kepada rakyat Aceh tentang kunjungannya ke Palestina.
Diakuinya bahwa misi kemanusiaan dilakukannya tidak mudah karena dirinya sempat bertahan selama satu minggu di Jakarta karena persoalan Visa. Setelah visa didapat, dirinya kembali tertahan di Kairo selama dua hari karena belum mendapatkan izin untuk melintasi perbatasan Rafah.
Akhirnya pada tanggal 6 Mei malam dirinya beserta rombongan dengan menumpang dua unit Bus Hiace dibawah pengawalan satu unit barakuda militer Mesir akhirnya bisa masuk Rafah.
Jarak tempuh ke Rafah memakam waktu sampai 10 jam, harusnya dapat ditempuh 6 jam karena rombongan sempat tertahan di beberapa cek poin. Militer Mesir menerapkan standar pengamanan maksimum. Apalagi dirinya bersama bersama rombongan relawan kemanusiaan harus melewati Al-Arish, sebuah provinsi di Mesir yang menerapkan darurat militer.
“Kondisi Al-Arish hancur lebur, sangat banyak cek poin, pos pemeriksaan pengamanan,” ujarnya.
Begitu masuk perbatasan Mesir dengan Gaza, tepatnya di Rafah sudah ada sekitar 200 orang Palestina dari Mesir yang akan masuk ke Gaza juga tertahan. “Alhamdulillah karena kita masuk akhirnya mereka yang sudah tertahan selama dua hari bisa masuk bersama kita,” terangnya.
Dirinya beserta rombongan dari berbagai Negara masuk Gaza bertepatan dengan hari pertama Ramadan. “Buka puasa hari pertama di Rafah. Hari pertama kita kunjungi tiga titik lokasi pemboman, kunjungi korban luka dan keluarga korban syahid, tempat pengungsian juga kita kunjungan semua. Total ada sembilan lokasi yang dibom zionis pada awal Ramadan lalu,” terangnya.
Selama di Gaza dirinya dengan dibantu penghubung dari LSM lokal juga mengunjungi para korban luka dan ikut berbuka puasa bersama warga. Tim KNRP juga menyalurkan obat – obatan dan sembako. Termasuk menyalurkan solar kepada rumah sakit.
Dirinya juga mengunjungi Masyiratul ‘Awda, tempat berlangsungnya aksi dilakukan warga Gaza menyuarakan tuntutan kepada Israel. “Kita melihat langsung bagaimana kekejaman tentara Yahudi yang menyerang para pengunjukrasa, mereka ditembak – tembaki oleh tentara zionis. “Kita masuk Gaza tanggal 6 Mei dan keluar tanggal 13 pagi,” sebutnya.
Untuk KNRP Aceh, ini adalah misi keempat bisa masuk Gaza. Saya sendiri sudah dua kali ke sana Dirinya mengaku sangat tersentuh dengan perjuangan dan kesabaran rakyat Palestina untuk mempertahankan Al-Quds dan tanah wakaf umat Islam dari Zionis Israel. Sebagai sesama muslim, maka sudah menjadi kewajiban untuk membantu perjuangan mereka sesuai dengan kemampuan dimiliki. (*)