class="post-template-default single single-post postid-25714 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
BKN Pangkas Anggaran BBM Hingga Daya Listrik Penembakan Massal di Sekolah Orebro Swedia Tewaskan 10 Orang 13 Toko dan 11 Unit Rumah di Bandar Baru Terbakar ISBI Aceh dan Pemkab Aceh Timur Sepakat Kolaborasi Pendidikan Seni Budaya Bersama MK Tolak Gugatan Pilkada Lhokseumawe, Saatnya Bersatu Untuk Kota Lhokseumawe

UTAMA · 4 Feb 2020 07:04 WIB ·

Perawat Kelamaan Pakai Baju ’’Astronot’’, Pasien Pipis di Celana


 BERI PERAWATAN: Dari kiri, Kepala Perawat Instalasi Mawar Merah Putih Sri Yuliati, dr Fitri Sriyani SpP, Eni Herlina, dan dr Wasis Nupikso SpOG. Mereka selama ini merawat M, pasien suspect korona. (Dimas Maulana/Jawa Pos) Perbesar

BERI PERAWATAN: Dari kiri, Kepala Perawat Instalasi Mawar Merah Putih Sri Yuliati, dr Fitri Sriyani SpP, Eni Herlina, dan dr Wasis Nupikso SpOG. Mereka selama ini merawat M, pasien suspect korona. (Dimas Maulana/Jawa Pos)

Sudah enam hari M, tenaga kerja (TKI) yang baru pulang dari Hongkong, dirawat di RSUD Sidoarjo. Ada tim khusus yang menangani perempuan 21 tahun tersebut. Inilah cerita-cerita mereka dari ruang isolasi.

MAYA APRILIANI, Sidoarjo

Jauh sebelum M tiba di RSUD Sidoarjo, dr Fitri Sriyani SpP sudah memikirkan virus korona. Pemberitaan yang santer di berbagai media membuatnya mempersiapkan diri sejak dini.

Bahkan, saat ada acara pertemuan di Banyuwangi pada Sabtu (25/1), perempuan 49 tahun tersebut ingin menyampaikan kepada jajaran direksi RSUD bahwa diperlukan persiapan dalam menangani virus korona. Namun, keinginannya tidak terwujud sampai kembali ke Sidoarjo pada Minggu (27/1).

Fitri ingin menyampaikan tindakan yang harus dilakukan ketika ada pasien virus korona di rumah sakit. ’’Belum sempat menyampaikan, eh kedatangan pasien betulan,’’ ucap ibu dua anak tersebut, lantas tersenyum.

Kala itu Fitri diberi tahu bahwa ada pasien yang datang bersama Tim Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) Pasien tersebut baru datang dari Hongkong. Kondisinya demam dan batuk.

Pihak rumah sakit pun tanggap. Pasien itu langsung dimasukkan ke ruang isolasi instalasi gawat darurat (IGD). Lalu dipindah ke ruang isolasi gedung Mawar Merah Putih (MMP) hingga kini. Fitri mendapat mandat sebagai dokter penanggung jawab M.

M ditangani dengan optimal. Dia pun tidak canggung berdekatan dan bersentuhan dengan TKI asal Sukadana, Lombok Tengah, tersebut. Dia sudah terbiasa menghadapi pasien dengan kondisi buruk.

Bahkan, saat masih mengikuti peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS), Fitri pernah menangani pasien avian influenza. Ketika masuk dan keluar ruang isolasi, dia wajib membersihkan diri. Mandi dan keramas sebelum serta sesudah melakukan pemeriksaan.

Pengalaman itulah yang membuat Fitri tetap tenang menangani M. Selain itu, dia memiliki niat mulia. Menolong M sembuh dari sakitnya.

Mengembalikan kondisinya yang drop menjadi sehat seperti semula. Tidak jarang, saat melakukan pemeriksaan, Fitri juga berbincang dengan pasien muda tersebut. ’’Harapannya, hasil negatif (virus korona). Bisa segera pulang dan bertemu keluarga,’’ ucap alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.

Eni memiliki pengalaman yang tidak terlupakan saat menjaga M. Kala itu M ingin buang air kecil. Eni pun memintanya bersabar. Sebab, dia harus memakai APD lebih dulu.

Butuh waktu 2–3 menit. Tampaknya, M sudah tidak tahan menunggu. Sebelum Eni tiba di ruang isolasi, dia pipis di celana. ’’Mungkin tidak berani bilang. Ditahan-tahan,’’ ucapnya.

Kedatangan M ke RSUD Sidoarjo pada Senin (27/1) menghebohkan. Terlebih beredar kabar bahwa dia terduga virus korona. Demamnya mencapai 38,8 derajat Celsius. Di IGD, M langsung masuk ruang isolasi. Keadaan IGD yang penuh sesak kala itu tidak menjadikannya pusat perhatian.

Para pasien dan keluarganya baru sadar M pasien tidak biasa saat dibawa ke ruang foto dada. Kala itu dr Wasis Nupikso SpOG sebagai ketua tim pengendalian dan pencegahan infeksi memutar otak cara mengevakuasi M dari ruang isolasi agar lancar dan tidak menimbulkan kegaduhan. Sebab, sudah banyak kasak-kusuk yang menyebut ada pasien terkena korona di RSUD.

Petugas kemudian membuat jalan ’’khusus’’ di IGD. Banyak mata yang terkesiap saat M lewat. Sebab, dokter dan perawat yang mengikutinya memakai APD. Pakaian mirip astronot itu pun banyak dikenali warga. Mereka melihat di berita tentang virus korona.

’’Setelah melihat itu, banyak pasien dan keluarga yang minta masker,’’ kata Wasis.
Namun, pihak rumah sakit tetap memenangkan para pasien dan keluarganya. Mereka diberi pemahaman bahwa pasien belum dinyatakan positif mengidap virus korona.

Tidak seperti kabar yang beredar. Bahkan, pihak rumah sakit pun belum bisa memastikannya. Masih menunggu hasil swab. ’’Semoga negatif dan cepat pulang,’’ tambahnya. (jpg/min)

Artikel ini telah dibaca 8 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Presiden Prabowo dan Menkes Budi Bahas Program Cek Kesehatan Gratis, Mulai Berjalan 10 Februari

5 February 2025 - 17:01 WIB

Akomodir Rapat Yayasan MIM Langsa yang Diduga Langgar Anggaran Dasar, Notaris di Aceh Besar Dilaporkan ke MPD

5 February 2025 - 07:11 WIB

Bertemu Mendagri, Pj Gubernur Aceh dan Ketua DPR Aceh Bahas Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh Terpilih

4 February 2025 - 21:30 WIB

Jelang Ramadan, Presiden Prabowo Pastikan Stok Pangan Nasional Aman

4 February 2025 - 15:44 WIB

Terkait Kasus OI, Iwan Fals dan Istri Dicecar dengan 16 Pertanyaan

4 February 2025 - 15:01 WIB

Sidang Mesum Sesama Jenis Pasangan Gay Terancam 100 Kali Cambuk

4 February 2025 - 14:22 WIB

Trending di METROPOLIS