ACEH TAMIANG (RA) – Sebagian petani di Kabupaten Aceh Tamiang siap panen padi di awal bulan Juli 2020 mendatang. Hasil produktivitas padi ini diharap bisa membantu menghadapi krisis pangan tingkat daerah ditengah pandemi Covid-19 ini.
“Dimusim tanam (MT2) atau istilah petani pesisir “musim tanam gila”, Insya Allah awal Juli 2020 akan panen. Di Kecamatan Banda Mulia ada sekitar 100 hektarea. Se Aceh Tamiang MT2 kemarin mencapai 561 hektare,” beber Kepala Distanakbun Aceh Tamiang, Yunus, SP kepada Rakyat Aceh di kantornya, Senin (22/6).
Disebutkan, “musim tanam gila” atau indeks pertanaman (IP200) pada tahun ini hampir merata disetiap wilayah. Sebab, meski berada dimusim kemarau, tapi curah hujan cukup. Selain itu sebagian besar petani secara swadaya sudah membuat persiapan sumur bor sendiri di sawah, niscaya selalu kecukupan air.
“Bisa jadi MT2/IP200 produksinya lebih tinggi karena curah hujan cukup. Walaupun musim tanam ini melawan cuaca, tapi tidak ada kendala, petani ada andalan sumur bor. Bahkan hasil MT2 ini biasanya lebih tinggi dari MT3 maupun MT1 (musim tanam rendengan),” ujarnya.
Menurut Yunus, rata-rata produktivitas padi di Aceh Tamiang 6,5 ton/Ha. Namun di lokasi MT3 atau IP300 seperti Banda Mulia dan Bendahara bisa mencapai 8 ton/Ha. “Indeks pertanaman (IP300) pada Juli 2020 di Banda Mulia seluas 1.335 Ha. Diprediksi pada akhir September 2020 akan panen dengan hasil 8 ton/Ha,” ungkapnya.
Sementara, lanjut Yunus, dalam menghadapi isu krisis pangan global dan nasional yang digulirkan Badan Pangan dan Pertanian Dunia Food and Agriculture Organitation (FAO), Pemkab Aceh Tamiang melalui Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan (Distanakbun) setempat juga telah melakukan antisipasi percepatan tanam padi MT3 dilahan seluas 3.870 Ha.
Gerakan penanaman serentak MT3 ini ditandai secara simbolis oleh Bupati Aceh Tamiang Mursil, di persawahan Kampung Telaga Meuku II, Kecamatan Banda Mulia seluas 30 Ha beberapa hari lalu. “Kita berharap dengan percepatan gerakan tanam serentak ini, Aceh Tamiang bisa mempertahankan ketahanan panganan dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang belum tuntas,” kata dia.
Dipaparkan, meski Aceh Tamiang bukan zona merah Covid-19, namun bidang pertanian tidak pernah berhenti dalam berusaha tani. Pihaknya bertekad mempertahankan produksi padi untuk mencapai ketahanan pangan mengahapi krisis pangan kedepan.
“Kita telah melakukan percepatan tanam sebelum datang musim kering yang puncaknya di bulan Agustus 2020, dalam rangka menjaga ketahanan pangan berdasarkan pernyataan FAO terkait krisis pangan pada November 2020 sampai tahun 2021 mendatang,” demikian kata Yunus. (mag86/slm)