RAKYAT ACEH
ilustrasi
Calang (RA) – Ombak setinggi 500 meter menghantam boat nelayan di bibir pantai Panga, Kabupaten Aceh Jaya. Akibatnya, seorang nelayan hingga kemarin sore masih hilang. Sementara itu, dua rekannya berhasil menyelamatkan diri, Senin (5/9).
Boat nelayan yang mengalami kerusakan berat terdampar di Desa Kuta Tuha, Kecamatan Panga. Hingga kemarin, gelombang tinggi masih terjadi di pesisir Aceh Jaya. Peristiwa tersebut mengundang perhatian warga sekitar, hingga berdatangan ke lokasi mencari tahu penyebab kejadian.
Irwan (34), warga Tuwi Kareng, Kecamatan Panga, salah seorang nelayan yang berhasil menyelamatkan diri pada Rakyat Aceh menjelaskan, “sebelumnya telah beberapa kali mencoba menerobos gelombang tersebut namun gagal, tepat pukul 6.00 WIB setelah shalat subuh kita berangkat dan berhasil menerobos ada beberap gelombang yang memang tidak begitu bahaya.”
Namun diluar prediksi, mendadak ombak susulan menghantam boat. “Walaupun mencoba mengelak namun musibah ini terjadi tidak dapat kami elakkan dan mengakibatkan boat kami rusak parah,” kata Irwan.
Saat benturan keras akibat gelombang tersebut. “Saya tersadar bahwa telah berada di pasir yang ada di dasar laut, secara terpisah saya mencoba berenang untuk menyelamatkan diri.”
Ia mengaku melihat Arafat (48) warga Babah Cepan, terus mencoba berenang untuk menyelamat diri. Sementara Muliya (22) warga Kuta Tuha, belum ditemukan.
“Saat saya mencoba berenang merasakan seperti kehabisan nafas diakibatkan banyaknya terminum air laut,” sebutnya. “Saya Berfikir bahwa memang saya udah tidak ada lagi, dikarenakan sempat pingsan sesampai di bibir pantai.”
Sementara Kasi Kedaruratan BPBK Aceh Jaya, Rimbawan Putra Kepada Rakyat Aceh menjelaskan pihaknya telah melakukan penyisiran di lokasi kejadian. Selain itu, tim Basarnas dari Meulaboh juga telah tiba di lokasi untuk melakukan pencarian korban.
Irwan, saat ini sedang dirawat RSUD Teuku Umar, Calang. Sementara Arafat dirawat di Puskesmas Panga. “Semoga kita segera menemukan korban hilang tersebut kondisi saat ini memang sangat berbahaya, namun kita sedang berusaha semaksimal mungkin,” kata Rimbawan. (mag-67/mai)