class="post-template-default single single-post postid-18159 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
BKN Pangkas Anggaran BBM Hingga Daya Listrik Penembakan Massal di Sekolah Orebro Swedia Tewaskan 10 Orang 13 Toko dan 11 Unit Rumah di Bandar Baru Terbakar ISBI Aceh dan Pemkab Aceh Timur Sepakat Kolaborasi Pendidikan Seni Budaya Bersama MK Tolak Gugatan Pilkada Lhokseumawe, Saatnya Bersatu Untuk Kota Lhokseumawe

DAERAH · 4 Mar 2019 07:14 WIB ·

Merawat Tradisi Pacuan Kuda


 Para joki mamacu kuda pada lomba pacuan kuda tradisional memperingati hari jadi ke 442 Kota Takengon di lapangan HM Hasan Gayo, Blang Bebangka, Aceh Tengah, Sabtu (2/3). Pacuan kuda tradisional yang digelar pada hari-hari besar daerah nasional di dataran tinggi Gayo Aceh telah menjadi salah satu kegiatan wisata andalan.
ENO SUNARNO/RAKYAT ACEH Perbesar

Para joki mamacu kuda pada lomba pacuan kuda tradisional memperingati hari jadi ke 442 Kota Takengon di lapangan HM Hasan Gayo, Blang Bebangka, Aceh Tengah, Sabtu (2/3). Pacuan kuda tradisional yang digelar pada hari-hari besar daerah nasional di dataran tinggi Gayo Aceh telah menjadi salah satu kegiatan wisata andalan. ENO SUNARNO/RAKYAT ACEH

Puluhan ribu pasang mata sejak pagi telah memadati lapangan pacuan kuda H Hasan Gayo, Pegasing, Kota Takengon. Ratusan tenda masyarakat serta pedagang kagetan sudah berdiri di sekeliling arena pacuan yang merayakan HUT Ke 442.

Idris Bendung – Takengon

Matahari memang terik. Udara hanya sedikit terasa sejuk. Debu berterbangan. Mungkin saja, hujan kurang turun di dataran tinggi Gayo itu. Namun, yang pasti pacuan kuda berjalan sukses.

Grand Final, Minggu. 60 kuda bersama joki tampil maksimal. Tentu saja di bagi dalam 14 race.

Aman Lukman datang dari Pondok Baru. Kabupaten Bener Meriah yang sebelumnya bersatu dengan Kabupaten Aceh Tengah. “Belasan tahun sudah saya tetap datang nonton pacuan kuda. Masih lajang hingga sudah berkeluarga,” katanya, Minggu (3/3).

Ini tradisi dari orang tua saya yang membawa nonton pacuan kuda bila perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Dahulu lapangan dekat kantor bupati sekarang, tambah Aman Lukman.

Lain lagi halnya dengan Sakdiah. Kata ibu satu anak ini menyebutkan nonton pacuan kuda sepertinya hal keharusan bagi warga Gayo. “ Sejak kecil saya sama keluarga pasti nonton pacuan kuda. Paling tidak sekali dalam setiap perlombaan.

Sepertinya bila tidak nonton justru diri kita malu dengan tetangga. Ya, kurang menghargai hiburan tradisional kita lah. Walau itu bukan berbentuk tarian,” kata.

*Aroma Magic

Pacuan kuda memang olahraga. Hanya saja, aroma magic masih terasa di arena. Kok bisa ? Tentu saja, bau kemenyan kawasan istal kuda di belakang atau sekitar panggung utama membangunkan bulu kuduk.
Terlebih lagi memasuki masa grand final seperti hari Minggu ini. Kuda-kuda dijaga ketat pemilik dan anak penjaga. Baik itu makanan kuda maupun minumannya. Khusus diberikan orang terpercaya.
Asap rokok berbau kemenyan juga disembur ke kepala kuda. Ada yang bilang agar sang pelari kencang ini tidak diganggu orang lain.
“Bisa saja kuda larinya tidak sesuai jalur. Bahkan, kuda tidak mau lari. Ini ciri-ciri kuda yang sudah kena magic,” kata pengunjung berusia 48 tahun asal Bintang. (mai)

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Satpol PP Dan WH Grebek Warung Penjual Tuak

5 February 2025 - 17:50 WIB

Belasan Pelajar Terjaring Operasi Preventif Satpol PP Aceh Tenggara

5 February 2025 - 17:24 WIB

Pemerintah Aceh Barat Renovasi Tugu Simpang Pelor Meulaboh

5 February 2025 - 16:36 WIB

Berhasil Kabur dari Kamboja, Korban TPPO Asal Aceh Disambut Haji Uma di Bandara Kuala Namu

3 February 2025 - 14:22 WIB

Polres Aceh Utara Bagikan Nasi Gratis untuk Jamaah Shalat Jum’at

31 January 2025 - 16:55 WIB

Cegah Curanmor, Kapolsek Banda Sakti Imbauan Warga Gunakan Kunci Ganda

30 January 2025 - 16:57 WIB

Trending di DAERAH