class="post-template-default single single-post postid-119236 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
BKN Pangkas Anggaran BBM Hingga Daya Listrik Penembakan Massal di Sekolah Orebro Swedia Tewaskan 10 Orang 13 Toko dan 11 Unit Rumah di Bandar Baru Terbakar ISBI Aceh dan Pemkab Aceh Timur Sepakat Kolaborasi Pendidikan Seni Budaya Bersama MK Tolak Gugatan Pilkada Lhokseumawe, Saatnya Bersatu Untuk Kota Lhokseumawe

Uncategorized · 4 Aug 2024 15:56 WIB ·

Maraknya Ujaran Kebencian Di Media Sosial, Pemicu Hilang Moral Bangsa


 Tgk. Arika Amalia,S.Pd Perbesar

Tgk. Arika Amalia,S.Pd

Oleh : Tgk. Arika Amalia,S.Pd*

BANDA ACEH – Fenomena ujaran kebencian yang marak di media sosial saat ini sangat memprihatinkan dan berdampak buruk pada moral bangsa.
Di era digital ini, media sosial telah dijadikan alat yang digunakan untuk memudahkan penyebaran kebencian dalam berbagai bentuk, mulai dari komentar kasar hingga video yang menghina.

Ujaran kebencian adalah hasutan yang dilakukan oleh seorang individu untuk menghina dan merusak nilai individu atau kelompok lain dalam berbagai aspek.

Sebagian pengguna media sosial menggunakan platform tersebut tanpa memikirkan efek negatif dari komentarnya terhadap orang lain, yang sering kali mengandung unsur celaan. Bahkan, kolom komentar telah dijadikan tempat paling nyaman untuk mencaci maki orang lain, dan mereka merasa puas dengan apa yang telah diutarakan.

Fenomena yang dikhawatirkan ini dapat merusak karakter anak bangsa. Media sosial telah dijadikan akselerator penyebaran ujaran kebencian, baik melalui lisan maupun tulisan, sehingga menghilangkan keharmonisan sosial

Ujaran kebencian adalah salah satu pemicu akhlakul mazmumah (akhlak tercela). Kategori ujaran kebencian dalam Islam meliputi namimah, ghibah, sukhriyyah, istihza’, buhtan, fitnah, dan lain-lain.

Dalam surat Al-Hujurat ayat 12 disebutkan: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka buruk, karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Ujaran kebencian sangat dikecam dari sudut pandang agama karena dampak negatifnya sangat besar. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abū Īsā Muhammad ibn Īsā as-Sulamī at-Tirmidhī, yang lebih dikenal sebagai Imam At-Tirmidzi, disebutkan: “Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan orang yang keji, dan bukan pula orang yang kotor omongannya.” (HR. Tirmidzi). Dari hadis tersebut, jelas bahwa sosok Muslim sejati bukanlah ahli dalam mencaci maki, tetapi seorang Muslim sejati adalah yang mampu membangun integritas akhlak dan etika yang baik.

Sebab, misi Rasulullah SAW bukan untuk mengajak umatnya menyebarkan hoax dan berkata kotor, melainkan untuk memperbaiki akhlak umat manusia. Sebagaimana dalam sebuah hadis yang sering kita dengar: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Baihaqi)

Dalam konteks kekinian, hampir setiap media sosial dipenuhi oleh ujaran kebencian. Ada yang membuat video untuk mencaci orang lain, ada yang berkomentar negatif terhadap orang lain, dan banyak kasus bentuk ujaran kebencian yang menyebar di media sosial saat ini.

Terlihat sangat jelas bahwa kualitas nilai moral sebagian orang menurun karena ada yang berani mencaci dan menghina para ulama, meskipun mereka tidak mengetahui secara mendalam apa yang disampaikan oleh para ulama. Dengan mudahnya, mereka menyalahkan dan mencaci maki hanya karena berbeda dengan kehendak hati mereka. Secara tidak langsung, menghina dan mencaci ulama adalah perbuatan tercela karena para ulama adalah pewaris Nabi, atau penyambung lisan Nabi. Kemuliaan para ulama sangat jelas, pertama karena ilmu pengetahuan yang mereka miliki dan karena mereka adalah figur yang mulia. Lantas, mengapa sebagian orang berani mencaci para pewaris Nabi?

Sebagai solusi dalam bermedia, kita butuh profesionalisme dan keahlian. Bersikap bijak, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang dapat merusak moral, bahkan yang dapat mencemarkan nama baik bangsa akibat perilaku kurang etis anak bangsa, sangatlah penting bijak bermedia.

Oleh karena itu, mari kita sama-sama menghindari melampiaskan rasa benci di media sosial, karena bisa merusak moral dan menghancurkan nilai kerukunan sosial. (ra)

 

PENULIS ADALAH : 

Anggota DPW ISAD Aceh Barat
Ketua umum Forum Santri Aceh Barat FOSBAR
Staf Lajnah Bahatsul Masael LBM MUDI

Artikel ini telah dibaca 68 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

BKN Pangkas Anggaran BBM Hingga Daya Listrik

5 February 2025 - 15:25 WIB

Israel Serang Gaza Usai Kesepakatan Gencatan Senjata

18 January 2025 - 07:11 WIB

BP3MI Aceh Pulangkan Korban TPPO di Malaysia

7 January 2025 - 14:49 WIB

Tgk Umar Rafsanjani : Jangan Salah Tafsir Tausiah MPU Aceh tentang Tahun Baru

31 December 2024 - 12:02 WIB

Pesawat Azerbaijan hilang kendali sebelum jatuh, Tersambar Rudal ??? 

27 December 2024 - 17:26 WIB

Kaleidoskop Politik 2024: Kematangan Demokrasi Indonesia Teruji

27 December 2024 - 17:10 WIB

Trending di Uncategorized