class="post-template-default single single-post postid-129435 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
BKN Pangkas Anggaran BBM Hingga Daya Listrik Penembakan Massal di Sekolah Orebro Swedia Tewaskan 10 Orang 13 Toko dan 11 Unit Rumah di Bandar Baru Terbakar ISBI Aceh dan Pemkab Aceh Timur Sepakat Kolaborasi Pendidikan Seni Budaya Bersama MK Tolak Gugatan Pilkada Lhokseumawe, Saatnya Bersatu Untuk Kota Lhokseumawe

NANGGROE BARAT · 29 Dec 2024 18:44 WIB ·

Tarmin HS: Telah 20 Tahun Smong Berlalu, Warga Telah Kembali dan Tolong Bantu Bangun Masjid Kami


 Tarmin HS, menunjuk Mesjid Nurul Taqwa Desa Latiung, Kecamatan Teupah Selatan, yang rusak berat setelah diluluhlantakan bencana alam Smong 2004 silam. Kamis 26 Desembet 2024. (Ahmadi) Perbesar

Tarmin HS, menunjuk Mesjid Nurul Taqwa Desa Latiung, Kecamatan Teupah Selatan, yang rusak berat setelah diluluhlantakan bencana alam Smong 2004 silam. Kamis 26 Desembet 2024. (Ahmadi)

RAKYAT ACEH | SIMEULUE – Setelah 20 tahun peristiwa bencana alam Gempa Bumi (linon-bahasa Simeulue) dan Tsunami (Smong-bahasa Simeulue), sebahagian warga asal desa Latiung, Kecamatan Teupah Selatan, kembali pulang dari lokasi kampung relokasi awal.

Sebahagian warga yang memutuskan untuk kembali menempati desa Latiung, yang telah 20 tahun ditinggalkan dan sebelumnya warga desa Latiung itu, hengkang untuk menyelamatkan diri dari amukan susulan bencana alam 2004 silam, dengan menempati lokasi relokasi yang jauh dari garis pantai.

Dengan kondisi seluruh bangunan rumah warga. Sekolah yang hancur total, termasuk satu unit sarana rumah ibadah, yakni Mesjid Nurul Taqwa yang mengalami kondisi rusak parah, namun tidak ambruk, kini menanti uluran tangan pihak Pemerintah maupun pihak lainnya, untuk kembali membangun mesjid tersebut.

“Saya dan keluarga termasuk beberapa warga desa Latiung yang berprofesi nelayan, telah kembali ke kampung kami ini. Kampung ini kami tinggalkan selama 20 tahun setelah kejadian smong,” kata Tarmin HS, yang ditemui Harian Rakyat Aceh, Kamis 26 Desember 2024.

Tarmin HS menambahkan karena berprofesi nelayan, kemudian memutuskan memboyong seluruh keluarga besarnya untuk kembali membangun rumah baru dan menempati kampung asalnya, yang hanya terpaut dari Mesjid Nurul Taqwa sekitar 50 meter dan jarak dari bibir pantai, sekitar kurang dari 150 meter.

Namun setelah kembali menetap di desa Latiung, Tarmin HS dan warga lainnya menghadapi persoalan lain, karena fasilitas rumah ibadah Mesjid Nurul Taqwa belum ada tanda-tanda perbaikan, sehingga harus shalat di rumah masing-masing, dan untuk shalat jumat atau shalat berjamaah, harus mencari mesjid terdekat.

Selain persoalan fasilitas rumah ibadah yang rusak parah dan tidak dapat difungsikan,  juga persoalan fasilitas rumah sekolah yang sebelumnya telah hancur total di amuk bencana smong 2004 silam, terpaksa para orang tua murid juga sekolahkan anaknya di rumah sekolah terdekat dari desa Latiung.

“Setelah kami menetap di kampung kami ini, yang menjadi persoalan penting dibutuhkan adalah  mesjid. Mesjid yang lama sudah rusak parah dihantam linon dan smong, maka kami sangat-sangat berharap Pemerintah dan Pak Dewan untuk turun tangan membantu membangun mesjid Nurul Taqwa,” kata Tarmin.

Amatan Harian Rakyat Aceh, yang sehari-hari selain melaut, juga rumah yang ditempatinya itu juga dijadikan untuk jualan sembako alakadarnya, yang bertepatan berada diruas aspal jalan umum lintasan Kecamatan Teupah serta hanya sekitar 60 meter dari lokasi pelabuhan tambatan perahu nelayan.

Persis di depan rumah Tarmin HS, atau di seberang ruas aspal jalan umum itu masih terpasang denga  untuk pamplet nama Sekolah Dasar Negeri Latiung, yang terbuat dari beton dan tidak hancur saat tragedi bencana alam 2004 silam, sedangkan yang luluh lantak hanya bangunan fisik sekolah itu.

Terlihat berserakan puing-puing bangunan rumah sekolah dan rumah warga serta serpihan bangunan mesjid, yang telah diselimuti oleh semak belukar, bahkan setelah ditinggalkan oleh warga dan desa Latiung menjadi area yang sangat sepi, sunyi dan terkesan horor, sehingga pengguna jalan tidak berani melintasi kawasan itu saat malam hari. (ahi/hra)

Artikel ini telah dibaca 96 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Napak Tilas Veteran Palang Merah Norwegia ke Pulau Simeulue, Pasca 20 Tahun Smong

4 February 2025 - 18:08 WIB

Brotispa dan Artona Serang Puluhan Hektar Kebun Kelapa Warga Simeulue 

3 February 2025 - 16:56 WIB

Kacabdin: SLB Negeri Simeulue Kekurangan Tenaga Guru Khusus

2 February 2025 - 18:19 WIB

Efek Inpres Nomor 1 2025, Mualem-Dek Fadh Harus jalankan Efisiensi Anggaran

31 January 2025 - 20:26 WIB

Meulaboh Sedang Berkembang, Aceh Barat Perkuat Pengawasan Syariat Islam

31 January 2025 - 17:00 WIB

Polres Aceh Jaya Tangkap Pengedar Uang Palsu

31 January 2025 - 15:45 WIB

Trending di NANGGROE BARAT