RAKYAT ACEH | SIMEULUE – Puluhan hektar kebun kelapa milik warga Kabupaten Simeulue, mendapat serangan sekaligus oleh dua jenis hama, yakni brotispa hama spesialis perusak janur kelapa, dan ulat artona yang spesialis perusak daun kelapa.
Serangan dua jenis hama itu daun kelapa seperti hangus, dan terparah menyerang kebun kelapa milik warga Kecamatan Teupah Selatan dan sebahagian lagi, juga artona dan brotispa menyerang kebun kelapa milik warga Kecamatan Salang.
Puluhan hektar kebun kelapa yang diserang hama artona dan brotispa itu, sehingga membuat cemas dan kewalahan pemilik kebun kelapa untuk memulihkan kesehatan dan keselamatan ribuan batang pohon kelapa lokal yang produktif maupun yang belum produktif.
Serangan artona dan brotispa itu, dibenarkan Erwansyah (37) pemilik dua hektar kebun kelapa, yang berada di Kecamatan Teupah Selatan, Kabupaten Simeulue, yang dikonfirmasi Harian Rakyat Aceh, Senin 3 Februari 2025.
“Kondisi pohon kelapanya sangat mencemaskan kami, sebab daunnya seperti hangus. Dan kami sudah berupaya kami untuk mengatasinya. Padahal kebun kelapa itu salah satu sumber mata pencaharian kami, sebab harga buah kelapa saat ini lagi menjanjikan, harga satu buah lebih dari Rp5.000,” kata Erwansyah.
Serangan artona perusak daun kelapa dan brotispa perusak janur kelapa itu, telah diketahui dan di identifikasi serta ditangani oleh pihak Dinas Perkebunan Kabupaten Simeulue, yakni melakukan upaya pengobatan dengan cara suntik langsung ribuan pohon kelapa milik warga sekitar bulan lalu.
“Sebulan lalu sudah kita lakukan pengobatan, dengan cara suntik langsung ke batang pohon kelapa. Sebelumnya kita melakukan identifikasi dan ternyata pohon kelapa warga kita diserang brotispa perusak janur kelapa dan artona ulat perusak daun kelapa,” kata Kadisbun Kabupaten Simeulue, Hasrat Abubakar, kepada Harian Rakyat Aceh, Senin 3 Januari 2025.
Kadisbun Kabupaten Simeulue menambahkan, pohon kelapa itu akan kembali pulih total selama tiga bulan, namun untuk buah kelapa pertama pasca pengobatan supaya untuk tidak dikonsumsi, karena dikhawatirkan masih ada efek obat, serta juga diminta pemilik kebun rutin melakukan pengasapan, pagi dan sore.
Kembali dirincikan, ada sekitar 7.700 hektar total kebun kelapa lokal atau sekitar 1.540.000 pohon kelapa, yang sering disebut “kelapa dalam” yang ada di Kabupaten Simeulue, dan 50 persen tidak produktif secara maksimal, disebabkan selain telah berusia uzur juga tidak ada upaya replanting mengganti tanaman tua atau tidak produktif dengan tanaman baru.
50 persen yang produktif itu, dengan akumulasi produksi sekitar 4.000 ton, sehingga hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal dalam satu tahun. Sedangkan untuk bahan baku untuk dua perusahaan yang bergerak dibidang CPO kelapa yang ada di pulau Simuelue, sekitar 80 persen harus suplay buah kelapa dari pulau Sumatera dan pulau Nias.
“50 persen pohon kelapa kita di Simeulue, sudah berusia uzur sehingga tidak produktif untuk berbuah. Sudah seharusnya masing-masing pemilik kebun kelapa untuk melakukan replanting. Perlu diketahui prospek perekonomian sangat cerah dari sektor kebun kelapa, serta untuk menjaga kesehatan pohon kelapa, harus sesering mungkin dilakukan pengasapan,” pesan Kadisbun Kabupaten Simeulue. (ahi/hra)