LHOKSUKON|RAKYAT ACEH– Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Ke 35 Aceh Utara, baru saja selesai dan ditutup resmi menjelang Jum’at dinihari kemarin. Namun sangat disayangkan, kegiatan syiar islam ini justru menyisakan kesan tidak professional panitia pelaksana di bumi yang lagi getol berselogan ‘Bangkit, Bangkit, Bangkit’.
Berkembang informasi diterima Rakyat Aceh, baik soal pemondokan kafilah yang datang jauh-jauh dari 27 kecamatan ke lokasi MTQ tak disediakan dan makan harian peserta tidak tersedia.
Benarkah itu ? Ketua Panitia MTQ Ke 35, Sekda Aceh Utara, Dr Murtala yang coba dikonfirmasi Rakyat Aceh, justru mengalihkan kepada Kepala Dinas Syariat Islam, Hadaini, S.Sos sembari mengirim nomor kontaknya
Lalu, apa tanggapan Kadis Syariat Islam, Hadaini ? Mantan Kasie PMD disebuah kecamatan dalam Kabupaten Aceh Utara ini membenarkan kafilah tidak disediakan pemondokan dan makanan harian kendati anggaran tersedia Rp 1,6 miliar.
“ Dalam rapat yang diikuti oleh semua pemangku kepentingan termasuk camat dan ketua LPTQ kecamatan telah disampaikan bahwa karena keterbatasan anggaran MTQ kali ini, tidak ada pemondokan peserta,” kata Hadaini.
“Metode yang kita laksanakan tidak perlu pemondokan. Kalau ada kafilah yang mondok itu inisiatif kafilah sendiri. Panitia tidak mewajib mondok,” tambahnya.
Nah, bagaimana soal makanan kafilah ? Panitia hanya menyediakan makanan kepada kafilah yang terdaftar tampil. “ Setiap peserta yang tampil siang dan tampil malam disediakan makan,” ungkap Hadaini.
Ditempat terpisah, Salah seorang camat yang dikonfirmasi Rakyat Aceh mengatakan kafilah mereka melakukan aktifitas pulang pergi dan tidak tersedia pemondokan.
“Pemondokan memang tidak disediakan panitia. Berhubung jarak kami pun tak terlalu jauh. Jadi masih bisa PP. Dan, setahu saya makan ditanggung untuk peserta pertampil saja. Tampilnya siang maka jumlah peserta yang tampil siang itu diberi makan,” ujarnya kepada Rakyat Aceh, Sabtu 26 April 2025.
Bahkan, beberapa warga saat berada di lokasi MTQ pada malam penutupan menilai kegiatan MTQ Ke 35 Aceh Utara, sarat kepentingan dan adanya interfensi untuk memuluskan meraih juara.
Baik itu datang komentar dari warga penonton wilayah timur maupun barat Kabupaten Aceh Utara.
Sekda Aceh Utara, Dr Murtala dan Kadis Syariat Islam, Hadaini, hingga pukul 17.10 WIB belum memberikan komentar terkait ditengarai ada pihak intervensi itu.
Semoga kedepan dalam upaya kegiatan syiar islam seperti pelaksanaan MTQ di Aceh Utara khususnya dapat menjadi contoh untuk daerah lain. Tentunya anggaran harus memadai. Bukan hanya buat kegiatan seremonial dan kunjungan pejabat maupun membeli mobil dinas miliaran yang lebih diutamakan.
Hilangkan kesan selama ini, bila pihak kecamatan harus meminta-minta sumbangan untuk membawa peserta mengikuti MTQ. Anggarkan dalam APBD Aceh Utara yang besar. Bukankah pelaksanaan MTQ di Aceh Utara, tidak setiap tahunnya ? (ung)