BANDA ACEH (RA) – Kesiapan pengalihan pengelolaan minyak gas dan bumi (migas) di Blok North Sumatera B (NSB) atau Blok B dari PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang akan dikelola PT Pembagunan Aceh (PEMA), tinggal menunggu waktu. Salah satu kesiapan awal terkait dana (financial).
“Dari sudut finance, kita juga minta bank nasional untuk mendampingi Bank Aceh. Dan ini juga tinggal final saja,” ungkap Kepala PEMA, Zubir Sahim di sela-sela Corner Meeting dengan tema Sejauh Mana Kewenangan BPMA dalam Mengelola Migas Aceh, Senin (20/7).
Pihak PT PEMA mengaku optimis untuk bekerja optimal dalam pengelolaan Blok B. Sejauh ini koordinasi dengan pihak terkait terus dilakukan. Beberapa hasilnya sudah mulai tampak. Untuk kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) pihaknya juga sudah visit ke TKP. Kata Zubir, lebih 80 persen tenanga lokal dan mereka siap.
“Saya tidak mau mengatakan saya siap, tetapi kita semua itu siap! Hasil dari BPMA bahwa itu sudah lebih cepat dari pada timeline. Sebelum 17 November kita sudah menyelesaikan. Ini semua berkat sinergitas kita semua,” terangnya.
Sementara itu, Kepala BPMA, Teuku Mohamad Faisal, saat ditanyai berapa uang yang diperoleh dari migas Aceh akhir-akhir ini, ia menjawab; realisasi produksi minyak dan gas bumi yg bisa dikomersialkan, dari kombinasi semuanya adalah 2000 juta barel. Kasarnya 31.885.000 USD.
Dirinya juga berharap dukungan dari DPRA, Forbes, Kementrian terkait, dsb untuk menyokong pihaknya. Sejauh ini, ia menilai banyak hal sudah di jalur yang tepat. Terkait peralihan, kemungkinan Agustus sudah ada keputusan.
“Kami menunggu sampai bulan Agustus, insyaallah akan ada keputusan. Insyaallah Blok B ini, sudah on the track. Secara peraturan juga sudah layak, Pak menteri secara tidak langsung sudah mengatakan silahkan pemerintah Aceh mengelola dengan BUMD-nya,” jelas Faisal.
Konfren meeting telah dilakukan 8 Juli 2020, turut hadir Kepala SKK Migas, juga menteri. Faisal menerangkan, dalam konfren tersebut, menteri meminta Ditjen Migas untuk melakukan kajian. Sementara BPMA sudah melakukan kajian. Jika tak ada aral melintang, akhir bulan ini sudah ada meeting lagi dan akhir tahun insyaallah sudah ada keputusan.
Di lain sisi, Ketua Forbes Aceh, Nasir Jamil mengaku siap berkerjasama demi merealisasikan kepentingan Aceh terkait migas. Hanya saja, katanya butuh forum khusus untuk membahas hal tersebut. Dengan demikian, kerja-kerja advokasi akan lebih terkoordinasi. “Kami selalu siap menggedor pemerintah Pusat,” beber politisi PKS itu. (icm/min)