Gajah Mati di Kebun Warga
SIGLI (RA) – Warga Glee Barat, Gampong Jijiem, Keumala, Kabupaten Pidie temukan bangai gajah tanpa gading. Temuan itu, dilaporkan pada Relawan Ranger Keumala. Pada para aktivis, warga mengaku takut bermasalah dengan pihak berwajib hingga enggan melaporkan temukan gajah mati.
Hasil amatan para aktivis lingkungan itu di lokasi, gajah diperkirakan mati dibunuh sekitar dua atau tiga bulan silam. Aktivis juga menemukan bekas luka akibat mutilasi. Pelaku berat dugaan memotong belalai gajah, setelah menembak mamalia itu.
“Luka tembak di kepala sebelah kanan yang tembus sebelah kiri gajah,” kata Kautsar, aktivis Relawan Ranger Keumala, Rabu (30/11).
Pantauan Rakyat Aceh, tulang gajah berada dalam kawasan perkebunan warga. Enam bulan lalu, kawanan gajah sempat menguasai kawasan tersebut hingga area perkebunan tak dirawat pemilik dan menjadi semak belukar. Bangkai persis ditemukan di badan jalan perkebunan.
Kautsar menjelaskan, pihaknya baru mengetahui setelah ada laporan warga. Ia meyakini, gajah sengaja dibunuh dan diambil gadingnya. Apalagi ada bekas luka tembak di tengkorak kepala gajah.
“Dugaanya dibunuh, karena ada bekas seperti ditembak di kepala dan wajahnya dibelah untuk diambil gadingnya,” jelasnya.
Seorang warga setempat mengaku, dirinya pertama sekali menemukan bangkai gajah, Jumat (25/11). “Saya temukan saat hendak melihat kondisi kebun yang telah lama ditinggalkan. Saat itu, saya mengambil foto dan mengumpulkan tulangnya, tapi tidak berani memberitahukan siapa-siapa karena takut bermasalah,” terangnya.
Petani Hadapi Dilema
Ketua Kelompok Tani Nelayan Aceh (KTNA) Kecamatan Keumala, Marzuki, menjelaskan bahwa petani di Keumala menghadapi dilema. Gajah kerap merusak kebun warga, hingga kematian satwa dilindungi itu dianggap wajar.
“Biarkan saja gajah itu mati, kalau tanaman kami dirusak kerbau atau sapi, kami tahu kemana harus meminta ganti rugi. Sedangkan kalau pelakunya gajah, kemana kami akan minta ganti rugi. Sementara jika gajah mati, kami bermasalah di sini,” sebutnya.
Pihaknya juga kecewa dengan pernyataan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Pidie, Ir. Syarkawi di media cetak beberapa bulan lalu. Ia dinilai menyalahkan petani menanam tumbuhan yang disukai gajah di area perkebunan. Padahal tumbuhan itu dibagikan dan diperintahkan untuk ditanam dinas yang dipimpinnya.
“Tumbuhan itu dibagikan oleh dinas dan disuruh tanam oleh dinas juga, kalau tidak di kebun mau halaman rumah Kadis kami tanam tumbuhan yang dibagikan,” tegas Marzuki.
Ketua Glee, Keumala itu juga enggan membahas prihal kematian gajah lebih dalam. “Jangan tanyakan kami, kami sudah sangat pusing dengan konflik gajah yang terus berlanjut tahun ini. Tanpa adanya solusi konkrit. Kami hanya ingin gajah-gajah tersebut jangan ada di sini,” sebutnya lagi. “Kami juga tidak berani membunuhnya dan tidak bisa mengusirnya, banyak tanaman dan kebun kami terbengkalai dan jadi semak gara-gara gajah turun.” (zia)