HARIANRAKYATACEH.COM – Budidaya Sumber Daya Alam (SDA) jenis rumput laut di perairan laut Kabupaten Simeulue, tidak di lirik dan kurang diminati oleh masyarakat, pelaku usaha dan termasuk instansi tekhnis setempat, disebabkan tidak menguntungkan dan justru merugikan.
Rumput laut tidak dilirik dan kurang diminati tersebut, yang sebelumnya pernah dibudidayakan dan panen pada tahun 2013-2014 silam diperairan laut Kecamatan Teupah Selatan, justru hasil panen rumput laut itu, tidak sebanding dengan biaya, waktu dan tenaga sehingga tidak mampu mendongkrak ekonomi.
Hasil panen rumput laut yang telah dikeringkan sulit bertahan dan cepat rusak saat disimpan dalam waktu yang lama, karena geografis pulau Simeulue yang suhu lembab dan curah hujan tinggi, kemudian diperparah lagi biaya sangat tinggi saat hendak dipasarkan dan dijual keluar pulau Simeulue.
Terkait kurang dilirik dan merugikan serta tidak mampu mendongkrak perekonomian dari sektor usaha budidaya rumput laut itu, di sampaikan, Isdawati, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Simeulue.
“Usaha budidaya rumput laut, sudah pernah dilakukan selama dua tahun berturut-turut, pertumbuhannya dan hasil panen sangat bagus dan banyak, tapi kendalanya saat hendak dipasarkan justru modalnya saja tidak tertutpi, yang ada kerugian. Sehingga yang awalnya diharapkan dapat mendongkrak ekonomi, ternyata rugi total, maka pelaku usaha budidaya rumput laut tidak dilirik lagi,” katanya.
Lebih lanjut sebut Isdawati, untuk pemasaran dan penampung rumput laut dalam daerah juga tidak ada, selain harus dipasarkan keluar daerah, meskipun perairan laut pulau Simeulue sangat cocok dan bagus untuk pengembangan rumput laut, ternyata juga banyak resiko yang dimintai oleh hama, yakni penyu, ikan karang serta biota laut lainnya.
Penampung rumput laut dari luar daerah juga, memilih tidak beresiko untuk transaksi jual beli disebabkan rumput laut yang telah dikeringkan tidak bertahan dalam waktu yang lama untuk disimpan, untuk diseberangkan menggunakan transportasi laut dengan cuaca tidak menentu dari pulau Simeulue ke pulau Sumatera.
“Yang jelasnya, meskipun subur dan cocok pengembangannya di pulau Simeulue, tapi sesungguhnya rumput laut itu banyak resikonya, mulai dari hama dilaut, hingga cuaca geografis pulau kita yang cenderung lembab sehingga mempengaruhi kualitas rumput laut yang telah di keringkan, tidak tahan lama untuk disimpan. Hamanya juga termasuk satwa penyu,” imbuh Kadis DKP Simeulue. (ahi)