class="wp-singular post-template-default single single-post postid-120009 single-format-standard wp-custom-logo wp-theme-kobaran" >

Menu

Mode Gelap
Bupati M. Nasrun Mikaris: Dampak MBG, Persatu Bulan Peredaran Uang Bisa Mencapai Rp5 Miliar di Simeulue Polres Bener Meriah Bekuk Dua Pelaku Curanmor MTsN 1 Banda Aceh Raih Juara Umum Event GENSA SMPN 1 Banda Aceh. Warga Tumpok Teungoh Ramai-ramai Bergotong Royong  Aston Villa bungkam Newcastle United 4-1

KHAZANAH · 16 Aug 2024 06:24 WIB ·

Dilema Dakwah dan Tawaran Solusinya


 Tgk Mustafa Husen Woyla Perbesar

Tgk Mustafa Husen Woyla

Oleh : Tgk Mustafa Husen Woyla*

DALAM kehidupan setiap mukallaf, dakwah adalah salah satu dari tiga kewajiban utama selain menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu. Proses menuntut ilmu dalam Islam berlangsung seumur hidup, mulai dari kandungan hingga liang lahat. Mencari ilmu bukanlah tugas yang mudah, apalagi mengamalkannya. Tugas ketiga, menyebarkan ilmu melalui dakwah, baik dengan tindakan (dakwah bil hal) maupun dengan kata-kata (dakwah bil maqal), sering kali menjadi tantangan yang lebih besar bagi para dai. Dakwah, dalam esensinya, bukan hanya tentang menyampaikan pesan agama, tetapi juga tentang menginspirasi, memotivasi, dan mengarahkan umat kepada jalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam.

Masalah di medan dakwah, Panitia acara perayaan hari besar Islam (PHBI) sering kali mengalami kesulitan dalam mencari dai yang disukai dan digemari oleh jamaah. Tidak jarang, pilihan jatuh pada dai yang humoris, yang sayangnya lebih banyak membuat jamaah tertawa daripada menyampaikan isi ceramah yang bermakna. Hal ini memang menghibur, tetapi seringkali esensi dari ceramah itu sendiri hilang. Di sisi lain, jika memilih dai yang lebih banyak ilmu dan serius dalam menyampaikan materi, jamaah justru kurang tertarik. Ini menjadi dilema: mengikuti selera jamaah atau tetap fokus pada tujuan inti dari peringatan acara. Jika tujuan inti tidak tercapai karena terlalu banyak humor, maka esensi dakwah hilang. Namun, jika dai yang dipilih tidak diminati, acara bisa jadi sepi. Ini adalah tantangan nyata dalam dunia dakwah kita saat ini yang tampaknya sangat bergantung pada pasar dan selera.

Idealnya Seorang Dai

Seorang dai yang efektif harus memiliki pengetahuan agama yang mendalam, iman dan takwa yang kuat, serta akhlak yang mulia. Pengetahuan agama yang mendalam berarti memahami Al-Qur’an, hadits, dan sumber-sumber hukum Islam lainnya secara komprehensif. Iman dan takwa yang kuat mencakup konsistensi dalam menjalankan ajaran agama dan ketahanan menghadapi berbagai tantangan serta godaan popularitas. Akhlak yang mulia adalah cerminan dari sifat-sifat Nabi Muhammad SAW, seperti murah hati, pemaaf, sabar, dan lemah lembut. Dakwah yang disampaikan harus bisa menenangkan hati, mendekatkan jamaah kepada Allah SWT, meningkatkan ketaatan dan ibadah, serta menumbuhkan cinta kepada Nabi dan ahlul baitnya, serta cinta tanah air.

Dai yang ideal juga harus mampu menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap sesama dan semangat membangun diri serta bangsa. Semua dimensi ini—kekuatan intelektual, spiritual, dan moral—merupakan satu kesatuan yang harus dimiliki oleh setiap dai. Meskipun konsep dai yang ideal ini sudah diketahui oleh banyak dai, kenyataannya di lapangan sering kali berbeda. Dai harus mengikuti selera jamaah atau panitia untuk mendapatkan jadwal ceramah. Jika tidak, mereka mungkin akan kehilangan kesempatan untuk berdakwah. Ini menunjukkan bahwa dunia dakwah kita saat ini sedang menghadapi masalah serius, di mana dakwah lebih sering bergantung pada pasar dan selera daripada pada tujuan esensialnya.

Solusi

Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan tetap mengikuti mode umat namun dengan cara yang bijak, seperti yang dilakukan oleh para wali sanga dan penyebar Islam awal di Aceh. Mereka berbaur dengan adat istiadat setempat dan secara perlahan menyeleksi mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan syariat. Dengan cara ini, adat istiadat yang tidak sesuai dengan syariat ditinggalkan secara perlahan ketika jamaah sudah siap untuk berubah. Ini adalah pendekatan yang lebih adaptif dan fleksibel, yang memungkinkan dakwah untuk tetap relevan dan diterima oleh masyarakat.

Selain itu, dai perlu berkolaborasi dengan tokoh masyarakat dan pemerintah dalam menyusun strategi dakwah yang efektif. Dengan kerjasama yang baik, dakwah dapat mencapai tujuan yang lebih besar dan menyentuh lebih banyak hati. Pemerintah juga perlu memberikan dukungan yang memadai untuk kegiatan dakwah, memastikan bahwa para dai mendapatkan pelatihan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk menjadi dai yang efektif.

Di tengah semua tantangan ini, kita perlu berhenti saling menyalahkan. Umat sering kali menyalahkan dai atau ulama serta lembaga otoritas, sementara dai juga terkadang menyalahkan umat. Yang diperlukan adalah pengakuan atas kesalahan dan kemauan untuk memperbaiki diri. Dengan saling introspeksi dan kerjasama, kita bisa menemukan solusi yang lebih baik untuk menghadapi tantangan dakwah.

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah melalui dakwah multimedia. Di era digital ini, media sosial dan platform digital lainnya menjadi alat yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan dakwah. Dai dapat membuat konten yang menarik dan edukatif yang dapat diakses oleh jamaah kapan saja dan di mana saja. Video ceramah, artikel, podcast, dan infografis adalah beberapa bentuk konten yang dapat digunakan untuk menarik perhatian jamaah.

Selain itu, penting bagi dai untuk terus mengembangkan diri dan meningkatkan pengetahuan mereka. Mengikuti seminar, workshop, dan pelatihan dakwah adalah cara yang baik untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Dai juga perlu membangun jaringan dengan sesama dai dan tokoh masyarakat untuk saling bertukar informasi dan pengalaman. Dengan cara ini, dakwah dapat dilakukan dengan lebih efektif dan mencapai lebih banyak orang.

Penutup dan Kesimpulan

Menuntut ilmu adalah fardhu ‘ain bagi setiap mukallaf, demikian pula dengan mengamalkannya. Namun, menyebarkan ilmu atau berdakwah adalah fardhu kifayah, yang berarti kewajiban ini bisa terpenuhi jika sudah ada sebagian orang yang melakukannya. Kerjasama antara alim ulama, dai, dan pemerintah adalah kunci untuk memastikan bahwa dakwah bisa berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan. Ini bukan hanya tugas para dai, tetapi juga tugas waliyul amri (pemerintah) atau pihak yang ditugaskan dalam bidang ini.

Dengan memahami dan menerapkan konsep-konsep ini, kita dapat mengatasi dilema dalam dakwah dan memastikan bahwa pesan-pesan Islam yang hakiki dapat disampaikan dengan cara yang tepat dan efektif. Semoga kita semua bisa menjadi bagian dari solusi ini, dengan terus belajar, mengamalkan, dan menyebarkan ilmu dengan cara yang terbaik.

Akhirnya, dakwah bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan pendekatan yang tepat dan kolaborasi yang baik, kita dapat memastikan bahwa pesan-pesan Islam dapat disampaikan dengan cara yang efektif dan bermakna. Mari kita bersama-sama berusaha untuk menjadi dai yang baik, yang tidak hanya menyampaikan ilmu tetapi juga menginspirasi dan memotivasi umat untuk menjadi lebih baik. Dengan begitu, kita dapat membangun masyarakat yang lebih baik dan lebih taat kepada Allah SWT. Allahul musta’an

*Penulis adalah Ketua Umum Ikatan Sarjana Alumi Dayah (ISAD)
Wakil Pimpinan Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee dan Pengamat Bumoe Singet

Artikel ini telah dibaca 64 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Dari Mimbar Jumat, Tgk. Alwy Akbar Serukan Solidaritas Nyata untuk Palestina

18 April 2025 - 16:14 WIB

Rencana Evakuasi Warga Gaza ke Indonesia, MPU : Perlu Kajian dari Perspektif Politik Global

16 April 2025 - 14:55 WIB

Hukum Berkumur dan Sikat Gigi saat Puasa, Begini Penjelasannya

27 March 2025 - 14:40 WIB

Menurunnya Kepatuhan Warga Untuk Memakai Pakaian Islami

26 March 2025 - 14:40 WIB

Urutan Keutamaan Makanan dan Minuman Berbuka Puasa beserta Hikmahnya

25 March 2025 - 15:56 WIB

Suka Memaafkan dan Menahan Amarah Adalah Karakter Utama Orang Bertakwa

24 March 2025 - 14:19 WIB

Trending di KHAZANAH