class="wp-singular post-template-default single single-post postid-137537 single-format-standard wp-custom-logo wp-theme-kobaran" >

Menu

Mode Gelap
Sijago Merah Lahap Satu Rumah dan Dua Sepeda Motor Hindari Penyalahgunaan Kenderaan Dinas, Pemkab Simeulue Bakal Pasang Logo Daerah Wabup Simeulue Mendadak Tinjau BBIP, 30 Persen Fasilitas Telah Rusak  AKBP Mughi Prasetyo Habrianto SIK Disambut Tradisi Pedang Pora 41 Santri Pesantren Terpadu Almuslim Peusangan Dikukuhkan Sebagai Alumni

INTERNASIONAL · 9 Apr 2025 15:09 WIB ·

China tak gentar dengan ancaman tambahan tarif 50 persen dari Trump


 Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian (ANTARA/Desca Lidya Natalia) Perbesar

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

RAKYATACEH | Beijing  – Pemerintah China tidak gentar dengan ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengenakan tarif tambahan 50 persen terhadap barang-barang asal Tiongkok.

“Kami tidak akan menoleransi segala upaya untuk merugikan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China. Kami akan terus mengambil tindakan tegas dan kuat untuk melindungi hak dan kepentingan sah kami,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa (8/4).

Sebelumnya Donald Trump dalam media sosialnya X mengancam bahwa AS akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen terhadap China mulai 9 April 2025 jika China tidak menarik tambahan tarif sebesar 34 persen paling lambat Selasa (8/4).

Trump juga mengatakan semua pembicaraan dengan China akan dihentikan sementara negosiasi dengan negara lain akan segera dimulai.

Bila hal tersebut benar-benar dilakukan oleh Trump, artinya barang-barang asal China akan dikenakan tarif impor sangat tinggi yaitu 104 persen.

“Kami tidak akan membiarkan siapa pun merampas hak sah rakyat China untuk membangun,” tambah Lin Jian.

Lin Jian mengatakan penyalahgunaan tarif oleh AS sangat melanggar hak dan kepentingan sah negara lain, melanggar aturan WTO, merusak sistem perdagangan multilateral berbasis aturan, dan berdampak pada stabilitas tatanan ekonomi global.

“Ini adalah langkah khas unilateralisme, proteksionisme, dan intimidasi ekonomi, yang ditentang luas oleh masyarakat internasional. China prihatin dan menolaknya,” tegas Lin Jian.

Masyarakat China, ungkap Lin Jian, bukanlah pembuat masalah, tetapi tidak akan gentar saat masalah menghampiri.

“Intimidasi, ancaman, dan tekanan bukanlah cara yang tepat untuk berinteraksi dengan China. Jika AS memutuskan untuk hanya peduli dengan kepentingan AS sendiri, China, dan seluruh dunia, bertekad untuk melawan tarif dan perang dagang, respons China akan terus berlanjut sampai akhir,” kata Lin Jian.

Terkait dengan apakah China dan AS akan melakukan perundingan dagang, Lin Jian menyebut, bila dilihat dari tindakannya, AS tampaknya tidak serius untuk berunding saat ini.

“Jika AS benar-benar ingin berunding, AS harus menunjukkan kepada dunia bahwa mereka siap memperlakukan pihak lain dengan setara, hormat dan saling menguntungkan,” ungkap Lin Jian.

Sedangkan Kementerian Perdagangan China juga mengatakan bila jika AS terus melanjutkan penerapan langkah-langkah kenaikan tarif, China akan mengambil tindakan balasan yang tegas.

Apa yang disebut “tarif timbal balik” oleh AS terhadap China, menurut Kementerian Perdagangan China, sama sekali tidak berdasar dan merupakan contoh khas dari intimidasi sepihak. Tindakan balasan China dinilai sepenuhnya dibenarkan karena bertujuan untuk menegakkan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China sekaligus menjaga tatanan perdagangan internasional yang normal.

“Ancaman AS untuk meningkatkan tarif adalah dua kali lipat keliru, sekali lagi mengungkap sifat pemerasannya. China dengan tegas menolak tindakan tersebut. Jika AS terus melakukan tindakan gegabah ini, China akan menanggapi dengan tegas hingga akhir,” demikian disampaikan oleh Kementerian Perdagangan China.

Trump awalnya mengenakan tarif 10 persen untuk semua barang China pada bulan Februari 2025 tanpa pengecualian karena menilai China ikut terlibat dalam membantu imigrasi ilegal dan menyelundupkan fentanil ke AS.

Pada Maret 2025, Trump lalu mengenakan tarif 20 persen kepada semua barang asal China dengan alasan yang sama. Kemudian pada 2 April, Trump mengumumkan kombinasi tarif universal senilai 10 persen dan tarif timbal balik terhadap berbagai negara dan entitas, termasuk China yang dikenai tarif sebesar 34 persen.

Atas tindakan Trump tersebut maka pada 4 April, China mengumumkan pengenaan tarif tambahan sebesar 34 persen atas barang-barang asal AS, selain tarif yang sudah berlaku saat ini.

Bila Trump benar-benar menerapkan tambahan tarif 50 persen, artinya, barang asal China akan kena tarif 104 persen dari harga asli barang, padahal China tercatat eksportir terbesar kedua AS yaitu senilai 439 miliar dolar AS dengan barang berupa ponsel pintar, komputer, furnitur, mainan dan produk lainnya. Sedangkan AS sendiri mengekspor 144 miliar dolar AS ke China.

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025

Artikel ini telah dibaca 35 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Rencana Evakuasi Warga Gaza ke Indonesia, MPU : Perlu Kajian dari Perspektif Politik Global

16 April 2025 - 14:55 WIB

UNRWA Sebut Lebih Dari 70 Persen Sekolah di Jalur Gaza Diserang Israel

15 April 2025 - 15:39 WIB

Tiongkok Naikkan Tarif Impor jadi 125 Persen, Trump Melunak dan Minta Nego

14 April 2025 - 16:21 WIB

Remaja AS Diduga Bunuh Orang Tua Untuk Biayai Rencana Pembunuhan Trump

13 April 2025 - 17:32 WIB

China kirim komponen utama untuk “matahari buatan” terbesar di dunia

13 April 2025 - 15:16 WIB

Selesaikan Sengketa Dagang Dengan AS, China Desak Dialog Yang Adil

11 April 2025 - 15:37 WIB

Trending di INTERNASIONAL