BANDA ACEH (RA) – Wakil Konsul Amerika Serikat untuk Sumatera Tamra H. Greig bersama lembaga peduli lingkungan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia, serta Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) temui wakil ketua DPRA Irwan Djohan. Pertemuan itu membahas persoalan lingkungan terkait panas bumi atau Geotermal di Zona Inti Lauser.
Turut pula dibicarakan, perusahaan asal Turki Hitay Energy Holdings yang ingin berinvestasi di sektor geothermal pada enam potensi energi yang ada di Sumatera dan Aceh. Namun wacana tersebut masih ditolak sejumlah pemerhati lingkungan termasuk Wakil Konsul Amerika Serikat untuk Sumatera.
“Mereka tidak setuju dengan adanya eksplorasi geothermal di zona inti Lauser, bahkan mereka sedang berupaya untuk berkomunikasi dengan semua pihak yang sepaham dengan terkait lingkungan,” kata Wakil Ketua DPRA, Irwan Djohan usai pertemuan.
Bahkan menurut Irwan Djohan, tanpa campur tangan pihak pemerintah Amerika, pihaknya sejak awal sudah tidak setuju dengan eksplorasi yang akan dilakukan tersebut.
DPRA juga sudah pernah duduk dengan sejumlah elemen pemerhati lingkungan, dalam kesempatan itu juga berkembang pendapat bahwa di kawasan tersebut sangat tidak layak untuk dijadikan zona pemanfaatan.
“Sebenarnya kita bukan anti investasi atau anti pembangunan, tapi kita harus melihat dan memilah mana pembangunan yang banyak dampak baik terhadap masyarakat, jika dampak itu menjadi mudharat terhadap masyarakat kenapa harus dipaksakan,” kata Irwan Djohan.
Ia menyadari masyarakat memang butuh listrik, baginya geothermal juga bisa saja dikembangkan sebagai sumber listrik. Namun lokasi pengembangannya di lokasi zona kawasan ekosistem lauser.
“Mereka (perusahaan Turki) ingin mengeksplorasi geothermal di zona inti lauser. Zona inti lauser ini mempunyai alasan kenapa dijadikan zona inti, tentu ada keberagaman hayati, termasuk ada satwa-satwa langka yang dilindungi yang masih berada dalam kawasan zona inti tersebut,” tegas Irwan, Selasa (24/1).
Menurutnya harus dicarikan artenatif lain untuk memberikan energi pada masyarakat, salah satunya ada PLTA Tampur yang dibangun investor dari China hingga dapat mengatasi listrik untuk sebagian masyarakat di Gayo Lues.
Ia menegaskan investasi geothermal tidak harus di zona inti lauser, setidaknya di Aceh ada 17 titik yang memiliki potensi. Lebih lanjut menurutnya. terkait dengan pertanyaan seandainya investasi untuk geothermal kenapa harus di zona inti, sementara
“Di Gayo Lues saja ada tiga lokasi titik panas bumi, bahkan tidak disitu saja di wilayah lain juga masih terdapat panas bumi seperti Aceh Tamiang, Aceh Timur, Seulawah Aceh Besar, kemudian Sabang dan Burni Telong. Ada 17 titik panas bumi di Aceh yang memiliki potensi itu,” jelasnya. (mag-71/mai)