RAKYAT ACEH | SIMEULUE – Perjuangan dan kepedulian untuk mempertahankan kearifan lokal “smong” yang terpelihara turun temurun dalam masyarakat Kabupaten Simeulue, dan telah diketahui masyarakat luas, baik itu dalam negeri maupun luar negeri.
Upaya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kearifan lokal “smong” tersebut, yang disampaikan langsung Ketua DPRK Simeulue, Rasmanudin H Rahamin, kepada Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, diselah-selah sidang pelantikan Bupati dan Wabup M Nasrun Mikaris dan Nusar Amin, pada 8 Maret 2025 silam.
Terkait penyampaian dan lobi langsung kepada Gubernur Aceh, Muzakir Manaf itu, di sampaikan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Simeulue, Rasmanudin H Rahamin, yang ditemui Harian Rakyat Aceh, Minggu 23 Maret 2025.
“Waktu itu saya sedang memimpin rapat sidang pelantikan dan pengambilan sumpah Bupati dan Wabup Simeulue priode 2025-2030. Maka dalam kesempatan itu, saya bisikan langsung kepada pak Gubernur Aceh, tentang kearifan lokal smong”, kata Rasmanudin H Rahamin.
Rasmanudin H Rahamin kembali menambahkan, selain menyampaikan tentang smong, juga turut membisikan rencana pembangunan “Menara Smong”, nantinya selain menjadi salah satu bukti nyata keberhasilan kearifan lokal masyarakat Simeulue, pada tahun 2004 silam saat terjadi bencana alam gempa bumi dan tsunami.
“Nantinya menara smong itu, selain menjadi ikon wisata bukan hanya untuk Simeulue, tapi juga untuk Aceh, Indonesia, bahkan dunia. Sebab dunia sudah mengakui Smong sebagai kearifan lokal yang unik dan satu-satunya di dunia. Maka kita berharap pak Gubernur Aceh mau mendukung rencana pembangunan menara smong”, imbuh Rasmanudin H Rahamin.
Upaya lobi dan membisikan langsung kepada Gubernur Aceh tersebut, setelah Rasmanudin H Rahamin mengunjungi menara Eifel, Prancis salah satu ikon dunia, yang setiap tahunnya mampu mendatangkan sebanyak 8 juta pelancong, sehingga muncul gagasan untuk mewujudkan menara Smong, di pulau Simeulue.
“Kalau menara Eiffel bisa mendunia, dan menara Smong juga bisa menduni, sebab bila terwujud akan menjadi ikon wisata. Sebab smong itu yang memiliki hostoris turun temurun yang nyata dan telah terbukti pada 2004 silam, sedangkan masyarakat Simeulue, telah membuktikan pada tahun 1907”, tutup Rasmanudin. (ahi/hra)